“Battle Royale” versi
Hollywood
23 Maret 2012
Sutradara: Gary Ross
Produser: John Kilik / Nina Jacobson /
Suzanne Collins / Robin Bissel
Penulis Naskah: Gary Ross / Susan
Collins / Billy Ray
Pemain: Jennifer Lawrence / Josh Huctherson
/ Liam Hemsworth / Woody Harrelson
Sinematografi : Tom Stern
Editing: Stephen Mirrione / Juliette
Welfling
Ilustrasi Musik: James Newton Howards
Studio: Lionsgate / Color Force
Distributor: Lionsgate
Running time: 142 minutes
Bujet: $ 78 million
Film
aksi-fiksi ilmiah, The Hunger Games (HG)
merupakan adaptasi seri pertama dari trilogi novel The Hunger Games karya Suzanne Collins. Sekuelnya menanti tahun
berikutnya. Film berlatar masa depan ini berkisah tentang sebuah permainan bertajuk
The Hunger Games di negara Panem, dimana sekelompok remaja usia 12 – 18 tahun
yang diambil dari masing-masing wilayah, dikumpulkan dalam sebuah “arena” untuk
saling bunuh hingga satu orang tersisa sebagai pemenang. Katniss Everdeen (Lawrence)
dan Peeta Melark (Huctherson) terpilih mewakili distrik 12. Mereka berdua
dibimbing seorang mentor bernama Haymitch (Harrelson)yang pernah menjadi juara
permainan ini beberapa tahun silam. Haymicth membimbing mereka bagaimana untuk
menarik perhatian juri, penonton, dan sponsor, dan untuk tetap hidup dalam
permainan kelak. Akhirnya, waktu pertandingan pun tiba.
Film dengan
plot senada pernah ada dalam film Jepang kontroversial, Battle Royale (BR/2003). Kisahnya nyaris sama, pemerintah yang
kolaps telah kehilangan kontrol khususnya para remaja yang berontak dan
anarkis. Untuk mengatasi ini pemerintah mengadakan sebuah permainan tahunan, Battle Royale, dimana dipilih satu kelas
secara acak, dan tiap siswa dan siswi harus saling bunuh satu sama lain di
sebuah pulau terisolir. BR jauh lebih
menegangkan, cepat, dan brutal sekalipun pencapaian teknisnya jelas jauh
ketimbang HG. Aturan main BR jauh lebih tegas dan jelas ketimbang HG yang boleh
dibilang “tidak punya aturan” karena bisa diubah seenaknya oleh pengasuh permainan.
HG lebih menonjolkan unsur dramatik ketimbang kekerasan dan kisahnya sendiri
cenderung membosankan dengan durasi hampir 2 1/2 jam. Kejutan dan klimaks yang
diharapkan terjadi dalam permainannya, tidak terjadi, justru malah kisahnya predictable.
BR bisa jadi unggul jauh dari aspek plotnya
namun tidak untuk pencapaian teknisnya. Kita bicara Gary Ross disini, sineas
yang membuat dua film berkualitas tinggi, yakni Pleasantville dan Sea Biscuit.
Namun kali ini film ketiganya masih dibawah dua film diatas. Tidak seperti film
sci-fi lainnya yang mengumbar efek
visual, HG relatif sederhana karena lebih dari separuh settingnya berada di
hutan. Setting di pusat kota juga lebih banyak menggunakan setting interior, dan
minim efek visual pula. Bujetnya sendiri juga relatif rendah untuk genre
sejenis namun filmnya tidak tampak seperti berbujet medium. Pencapaian paling
mengesankan ada pada penampilan Jennifer Lawrence yang bermain cool dan elegan sebagai Katniss. Separuh
kekuatan filmnya ada pada kekuatan akting bintang remaja yang tengah naik daun
ini. Dua pemain utama lainnya, Hutcherson dan Harrelson juga bermain sama
baiknya.
HG tidak lebih
hanya versi lunak dari BR. Film ini tidak sekeras dan brutal yang dibayangkan, kisah
cinta dan unsur dramatik lebih dominan dalam filmnya. Tidak seperti BR, alasan
memunculkan “permainan kematian” ini juga tidak masuk akal. Keadilan jadi pokok
masalah disini, kelaparan dimana-mana namun para pemegang kuasa berlimpah
makanan, namun kenapa harus permainan ini? Jelas, alasan sederhana dibalik ini
semua adalah simbolik untuk menggambarkan umat manusia yang sudah tak bernurani
lagi. Terlalu klise, The Running Man
pun sedah sejak lama mengusung ide yang sama. Akhir kata, melihat HG hanya mengingatkan
betapa bagusnya BR. (C)
1 comment:
Sepertinya penulis belum membaca bukunya ya? Walaupun memang film ini benar-benar payah menunjukkan keganasan Capitol seperti di buku dijelaskan. Yang ingin saya kritk adalah "alasan sederhana dibalik ini semua adalah simbolik untuk menggambarkan umat manusia yang sudah tak bernurani lagi. Terlalu klise". Padahal dalam adegan Seneca Crane dan Presiden Snow itu sudah dijelaskan banget loh kalau negara butuh game ini dengan cara sespesifik ini untuk menakut-nakuti orang di distrik-distrik secara halus namun lugas. Hilangnya nruani? Memang. Tapi mereka masih memikirkan ini lebih lanut tidak sesedrhana itu. Kalau memang itu yang ingin ditunjukkan film ini, maka Katniss dan Peeta gak akan berhasil untuk keluar dari game, mereka seharusnya dibunuh di tempat.
Sebagai orang yang apresiasi BR dan HG, saya rasa anda harus menegerti bahwa THG fokus bercerita tentang seorang gadis yang harus kuat untuk keluarganya dipaksa utnuk bermain permainan sadis dan juga terpaksa menerima kenyataan bahwa seseorang harus mengubah sistem ini, seluruh negara ini dengan perlahan-lahan. Salam tiga jari yang jarang digunakan, simbol pertemanan antara distrik 11 dan 12 dll.
Film ini tidak sekeras dan sebrutal BR? Ya, itu yang membuatnya menarik, namun pesan yang diberikan sangat tajam. FIlm ini menceritakan bahwa hal-hal ini sudah lebih dari 70 tahun terjadi tanpa harus membuat orang mau muntah atau banyak gorenya. Fokusnya juga bukan dalam pertandingan saja, namun seluruh sistem di negara ini dari mulai keluarga Katniss di distrik hingga kekayaan Capitol yang berlebihan.
Post a Comment