Captain America

Superhero Bermodal Hati Mulia

Tahun Rilis: 2011
Distributor : Paramount Pictures
Sutradara : Joe Johnston
Produser : Kevin Feige
Penulis Naskah : Christopher Marcus / Stephen McFeely
Pemain : Chris Evans / Tommy Lee Jones / Hugo Weaving / Stanley Tucci
Ilustrasi Musik : Alan Silvestri
Sinematografi : Shelly Johnson
Editing : Robert Dalva / Jeffrey Ford
Bujet : $140 juta
Durasi : 124 min

Steve Rogers (Evans) adalah seorang pemuda lemah dengan postur tubuh yang kecil namun berhati mulia. Ia ingin maju ke medan perang namun pihak rekrutmen militer berulang kali menolaknya karena kondisi fisiknya. Nasib baik berpihak padanya ketika seorang peneliti militer, Dr. Erskin (Tucci) menawarkannya sebuah kesempatan  menjadi uji coba dalam eksperimen “tentara super”. Uji coba sang dokter berhasil namun sang dokter tewas karena ditembak seorang agen musuh yang menyelinap masuk. Rogers berubah secara fisik menjadi lebih tinggi, berotot, sangat kuat, dan mampu berlari sangat cepat melebihi kemampuan manusia. Publik memberinya nama Kapten Amerika. Kapten Amerika mendapat tugas menumpas kelompok Hydra yang dipimpin oleh Red Skull (Weaving) yang ingin menguasai dunia.

Film dibuka dengan sekelompok orang yang tengah melakukan eksplorasi di tengah badai salju. Pencarian berbuah hasil dengan ditemukannya sebuah perisai logam yang bergambar bintang. Inti kisah filmnya nyaris seluruhnya adalah kilas balik yang menggambarkan latar-belakang Kapten Amerika. Plotnya bertutur ringan dan sederhana seperti kebanyakan film superhero lainnya. Uniknya film ini lebih mengedepankan sisi dramatik ketimbang aksi filmnya. Aksi-aksinya berjalan apa adanya dan tidak memaksa. Penonton juga diperkenalkan dengan banyak karakter yang unik, seperti Kolonel Chester, Dr. Zola, Howard Stark (ayah Tony Stark), dan tentu Peggy (cewek idola Rogers). Sekali pun bisa dibilang plotnya bertutur cepat namun cukup untuk menggambarkan siapa Kapten Amerika.

Satu hal unik yang jarang kita temui pada film superhero sejenis adalah setting waktu era Perang Dunia Kedua (tahun 40-an). Dengan tone warna yang hangat, setting beserta propertinya hingga kostum mendukung sempurna kisah superhero ini. Sekalipun menampilkan adegan-adegan aksi yang sederhana ketimbang film seperhero lainnya, film ini juga tak luput dari penggunaan rekayasa digital. Justru pencapaian paling unik tidak pada sekuen aksinya namun pada manipulasi sosok aktor Chris Evans hingga terlihat lebih kerempeng dan kecil dari sosok aslinya. Komposer Alan Silvestri juga mampu membuahkan ilustrasi musik yang menghentak dan dinamis untuk memperkuat aksi-aksi heroik sang jagoan.

Apa yang menarik dari film ini adalah sosok sang superhero sendiri. Tidak seperti superhero lainnya, sosok asli Steve Rogers, secara fisik maupun materi tidak memiliki modal apa-apa selain jiwa yang mulia dan hangat. “I don’t wanna kill anybody. I just don’t like bullies where ever they come from”. Orang bisa saja beropini bahwa karakter superhero termasuk Kapten Amerika adalah “milik” orang Amerika. Kita semua manusia adalah sama, dan di belahan manapun di muka bumi ini, semua orang membutuhkan superhero, darimana pun asalnya. They bring peace, hope, justice, and above all their hearts.

M. Pradipta

No comments: