23 November 2013
The Hunger Game: Catching Fire adalah peningkatan di semua lini
jika dibandingkan dengan seri pertamanya. Cerita justru sangat menarik di
separuh awal ketika ketegangan politik serta bibit revolusi mulai mencuat dan
ketika permainan dimulai, hanyalah aksi pengulangan permainan seperti seri
pertamanya. Mood jauh berbeda dengan sebelumnya dimana nuansa ketegangan dan
kemarahan lebih berperan sepanjang filmnya. Para pemain khususnya Jennifer Lawrence
tampil jauh lebih matang dari sebelumnya, dan munculnya karakter-karakter baru,
seperti Finnick dan Johanna cukup menyegarkan filmnya. Dari sisi pencapaian aksi
dan efek visual tidak berbeda jauh dari seri pertama. Film ini memang cukup istimewa
sisi pencapaian artistiknya dari semua lini namun tidak untuk substansi
ceritanya.
Seperti pada
seri pertama, problem The Hunger Games
bukan pada film namun pada sumber ceritanya (novel). Tidak habis pikir mengapa
otoritas Panem membuat permainan sekonyol ini hanya semata untuk menekan aksi
pemberontakan. Langkah konyol Presiden Snow merombak ulang permainan The Hunger Games pada seri kedua ini
justru menjadi blunder bagi pemerintahannya. Untuk membunuh karakter Katniss
jelas tidak perlu susah-susah membuat skenario sedemikian rumit. Bunuh saja
Katniss diam-diam dan buat seperti kecelakaan, selesai sudah masalah. Kok repot
sekali… Sejalan dengan cerita yang semakin meningkat tensi politiknya justru
semakin menambah permainan The Hunger Games kehilangan greget dan useless seberapapun tegang aksinya. Permainan
The Hunger Games hanya seperti tempelan saja. After all this is movie about revolution not some games. (B)
No comments:
Post a Comment