X-Men: First Class
Film X – Men Terbaik
Tahun Rilis: 2011
Distributor : 20th
Century Fox
Sutradara : Matthew Vaugn
Produser : Gregory Goodman /
Simon Kinberg / Lauren Shuler Donner / Brian Singer
Penulis Naskah : Ashley Edward
Miller / Zack Stentz / Jane Goldman / Matthew Vaugn
Pemain : James Mc Avoy / Michael
Fassbender / Kevin Bacon
Ilustrasi Musik : Henry Jackman
Sinematografi : John Mathieson
Editing : Eddie Hamilton / Lee
Smith
Bujet : $140 -160 juta
Durasi : 132 min
Film dibuka dengan sekuen
pembuka film X-Men (2000) yang
memperlihatkan Erik Lensherr kecil yang harus terpisah dari ibunya pada masa
holocaust. Kisah berlanjut, ternyata kekuatan si bocah diamati Dr. Klaus
Schmidt seorang ilmuwan Nazi yang melakukan eksperimen untuk kepentingannya. Lama
setelahnya, Dr. Charles Xavier (McAvoy) dan Erik Lensherr (Fassbender), bersama
rekan-rekan mutan lainnya harus bekerjasama melawan Sebastian Shaw (Bacon) beserta
komplotannya yang ternyata adalah Schmidt yang ingin melenyapkan umat manusia.
Inti dan kunci
kisah filmnya memang pada karakter Erik Lensherr dan Charles Xavier, bagaimana
mereka bertemu, bagaimana akhirnya mereka berseteru, serta lahirnya X-Men. Film
ini sendiri merupakan prekuel dari tiga seri X-Men sebelumnya dan tentu kelemahan
film ini adalah bagi penonton yang belum menonton film-film sebelumnya. Baik
karakter-karakternya dan hubungan kausalitas cerita saling bertautan. Kisah
film ini sendiri terbagi menjadi beberapa sub plot yang lumayan rumit dan
kompleks melibatkan puluhan karakter baik mutan dan manusia. Semuanya terangkai
dengan baik nyaris tanpa cacat untuk sebuah prekuel. Hanya siapa sangka ternyata
Raven (Mistique) dulunya begitu dekat dengan Xavier (bak kakak adik) tanpa
memperlihatkan satu saja kedekatan emosional pada tiga seri X-Men sebelumnya.
Kasting
pemain adalah kunci keberhasilan utama film ini. Pilihan James McAvoy dan aktor
non bintang asal Jerman, Michael Fassbender sebagai “Prof. X” dan “Magneto”
adalah pilihan sempurna melihat permainan akting serta chemistry diantara keduanya. McAvoy menampilkan sosok Xavier muda
yang cerdas, “playboy”, dan berkesan selalu tak serius dengan sense of humor-nya namun memiliki jiwa
memimpin yang tinggi. Lalu Fassbender menampilkan sosok Erik muda yang penuh
dendam dan amarah, keras hati, namun sebenarnya memiliki hati yang lembut.
Permainan akting keduanya berhasil menjawab kedekatan mereka pada tiga seri
X-Men sebelumnya yang dekat layaknya saudara kandung namun berbeda prinsip.
Seperti
film-film superhero kebanyakan adegan aksi seru yang penuh efek visual menjadi
daya tarik utama filmnya. Sekalipun dengan setting cerita masa lalu (era perang
dingin) tetap saja mampu menampilkan sekuen aksi yang memukau dan meyakinkan.
Lihat bagaimana Erik mengobrak-abrik sebuah kapal pesiar besar dengan rantai kapal
serta tentu sekuen klimaks film. Ilustrasi musik, khususnya musik tema “Erik
/Magneto” yang paling dominan, sangat pas mendukung aksi-aksi Erik dan
mendukung film secara keseluruhan. Secara umum, X-Men: First Class adalah yang terbaik dibandingkan film-film X-Men
lainnya karena mampu memadukan unsur dramatik cerita yang telah ada (seri
sebelumnya) dengan efek visual yang memukau. Para
pecinta film tinggal menunggu saja film-film X-Men lainnya.
M. Pradipta
No comments:
Post a Comment