6 Juni 2012
Sutradara: Ridley Scott
Produser: Ridley Scott
Penulis Naskah: John Spaihts
Pemain: Naomi Rapace / Michael Fassbender
/ Charlize Theron / Guy Pearce
Sinematografi : Dariusz Wolski
Editing: Pietro Scalia
Ilustrasi Musik: Marc Streitenfeld
Studio: Scott Free Production /
Brandywine Production
Distributor: 20th Century
Fox
Durasi: 124 menit
Bujet: $120 – 130 juta
Apa yang bisa
ditawarkan sebuah prekuel dari seri film fenomenal “Alien”?
Alien (1979) yang juga karya Ridley
Scott adalah film horor-fiksi ilmiah pelopor dan terbaik sejauh ini. Film ini
menawarkan ketegangan serta horor superior yang sulit ditandingi. Sekuelnya, Aliens (1986) yang digarap James
Cameron, sadar betul jika tidak mungkin menggunakan formula yang sama dan lebih
fokus pada aksi, dan hasilnya, film ini adalah salah satu film aksi-fiksi
ilmiah terbaik yang pernah ada. Sementara Alien
3 (1992) karya David Fincher kembali menggunakan formula aksi hanya
membatasi ruang menjadi lebih sempit. Sekuel lainnya, Alien Ressurection (1997) dan seri “Alien vs Predator” tidak perlu banyak komentar. Satu lagi adalah
sosok ikonik, Allen Ripley yang diperankan Sigourney Weaver sulit dicari
gantinya.
Dua ilmuwan
Elizabeth Shaw (Rapace) dan Charles Holloway (Logan Marshall Green) menemukan
sebuah “peta” yang disimpulkan dari data beberapa temuan arkeologis di seluruh
dunia. Temuan itu ternyata merujuk pada sebuah sistem bintang nun jauh di
seberang galaksi. Seorang milyuner ambisius, Peter Weyland (Guy Pearce), membantu dengan
pesawat angkasanya untuk mencapai lokasi tersebut. Shaw dan Holloway dibantu
timnya yang dipimpin Meredith Vickers (Theron) juga seorang robot bernama David
(Fassbender)mencoba menguak misteri asal usul manusia. Dalam perkembangan
mereka justru menemukan sesuatu yang di luar dugaan mereka.
Scott tahu betul dia tidak bisa
menggunakan formula yang sama untuk film prekuelnya sehingga ia mencoba fokus pada
kisah asal mula sang monster. Menariknya, film ini mencoba memperdebatkan
antara aspek Ketuhanan dengan ilmu pengetahuan (teori evolusi Darwin) tentang asal
usul manusia? No one can tell for sure
namun film ini mencoba menjawab dengan caranya sendiri. And it was damn
brilliant.. Walau masih banyak menyisakan pertanyaan (sekuel?) namun film ini
telah cukup membuat argumennya sendiri. Dalam dialog beberapa adegan, “Asal
usul (pencipta) kita adalah mereka namun siapa yang menciptakan mereka? Mengapa
mereka mau membinasakan kita jika mereka yang menciptakan kita? Pertanyaan-pertanyaan
yang tak akan pernah selesai dijawab manusia.
Plot filmnya
tidak lagi terjebak pada kucing-kucingan “pemangsa vs buruan” seperti film-film
sebelumnya. Walau porsi kisah lebih kuat unsur drama dan misteri namun aksinya
juga tidak kalah menegangkan. Aksi-aksi yang muncul juga tidak dipaksakan namun
mampu memberikan kengerian dan horor luar biasa bagi para penonton. Aksi Shaw
mengeluarkan janin alien dari
tubuhnya merupakan salah satu pengalaman yang menakutkan sepanjang sejarah saya
menonton film.
Kisah dan tema
yang demikian brilian diimbangi pula dengan pencapaian estetik berkualitas
tinggi. Pencapaian CGI-nya tercatat sungguh sangat memukau, natural, begitu
menyatu. Nyaris kita tidak bisa membedakan lagi mana yang efek visual dan mana
yang bukan. Efek 3D juga bekerja sangat baik dengan gambar-gambar memanjakan
mata penonton seperti pada pembuka filmnya. Para pemain juga tampil baik
terutama sekali Fassbender yang bermain sebagai David, sang robot. Walau sosoknya
tidak sekuat Allen Ripley (Weaver) namun Rapace bermain baik sebagai tokoh
utama, Elizabeth Shaw. Sayangnya, karakter Meredith Vickers yang selalu tampil dingin
diperankan Charlize Theron tidak berperan banyak.
Kata “Prometheus” jika
kita kaitkan dengan cerita filmnya memang tidak banyak berhubungan. Nama
tersebut hanyalah semata nama pesawat angkasa yang membawa mereka ke planet
asing tersebut. Namun Prometheus juga adalah sosok mitologi Yunani yang konon
berperan dalam penciptaan manusia. Sebuah nama yang sempurna untuk judul film
ini. Prometheus adalah satu contoh langka
film prekuel yang berhasil. Di masa mendatang film ini rasanya bisa mengundang
banyak perdebatan banyak kalangan. Perdebatan tentang asal usul manusia tidak
lagi milik para akademisi dan agamawan namun juga para pembuat film. (A)
No comments:
Post a Comment