Triller Barat a la Joko Anwar
Sutradara :
Joko
Anwar
Produser : Sheila Timothy
Penulis
Cerita : Joko Anwar
Pemeran : Rio Dewanto / Hannah
Al Rasyid / Izzati Amara / Aridh Tritama / Surya
Saputra / Marsha Timothy / Sadha Triyudha
Distributor : Lifelike Pictures
Durasi : 87 min
Film diawali dengan seorang pria bernama John (Rio Dewanto) tiba-tiba terbangun mendapati dirinya di tengah hutan dalam keadaan terkubur. Ia tidak mampu mengingat asal usul dirinya serta bagaimana ia bisa berada di tempat tersebut. Setelah menelusuri hutan, ia menemukan sebuah rumah kabin serta sebuah petunjuk yang mencengangkannya. Ia menyadari harus menyelamatkan diri dan segera mencari anak-anaknya dari seorang misterius yang mencoba meneror keluarga mereka.
Seperti judul filmnya, Modus Anomali, mulai menampakkan aslinya
ketika plot mulai berjalan lambat dan membingungkan. Segala macam petunjuk
dalam cerita memiliki berbagai macam arti. Banyaknya petunjuk di persimpangan
cerita mampu membuat penonton terkecoh sehingga harus bersabar dalam mengikuti
alur kisahnya. Di sepertiga awal cerita juga sedikit membosankan karena hanya
terfokus pada satu karakter saja. Joko Anwar sebagai sineas dan penulis naskah
seperti film-filmnya Kala dan Pintu Terlarang, memang sengaja
merancang sebuah cerita thriller yang membingungkan namun unik dan menarik
untuk ditonton.
Secara
teknis, film ini digarap dengan baik. Nyaris seluruh setting-nya
digarap dengan sangat detil untuk ukuran film yang termasuk berbujet minim. Suasana Hutan dan kabin tidak kalah dengan
film-film horor barat. Sepanjang film juga menggunakan teknik handheld camera, namun di awal film
kamera selalu mengikuti tokoh utama dengan gerak kamera yang cukup kasar
sehingga kurang nyaman ditonton. Satu pencapaian yang cukup istimewa adalah
aspek efek suara, didukung dengan penggambaran atmosfir yang baik serta beragam
detail dari efek suara dan iringan instrumen yang mencekam amat mendukung kisahnya yang
membingungkan.
Rio
Dewanto juga patut dipuji sebagai tokoh utama yang menjadi kunci dalam cerita
filmnya. Dengan akting totalnya, yang sepanjang film
selalu tampil gelisah dan ketakutan
sangat membantu membangun jalan cerita. Dari sisi bahasa bicara, penggunaan bahasa
Inggris memang patut dipertanyakan. Sepertinya ini memang tuntutan seorang Joko
Anwar yang menginginkan filmnya disajikan seperti ini yang sudah tampak dari
kisah dan pencapaian artistiknya yang memang kebaratan. Penggunaan bahasa
Inggris memang agak janggal dan berkesan tidak masuk akal, terutama dari sisi
aksen dan intonasi. Apakah memang film ini khusus untuk konsumsi penonton
barat? Mengapa tidak sekalian mencari pemain aktor barat? Terlepas segala
argumennya, dari satu sisi memang ini menjadi keunikan tersendiri.
Joko Anwar seperti film-filmnya sebelumnya
memang memberi warna tersendiri di industri perfilman kita. Kisah filmnya
selalu penuh intrik dan misteri plus kejutan-kejutan di klimaks film. Selera
penonton awam memang sepertinya bukan sasaran sang sineas. Para sineas kita tidak perlu semata-mata hanya terfokus pada meningkatkan mutu namun keragaman genre juga
patut diciptakan untuk menambah warna dan perkembangan Industri film kita ke arah yang lebih baik.
Anton Sugito
No comments:
Post a Comment