Walaupun film
ini adalah sekuel dari Batman (1989) namun kisahnya sama sekali terpisah. Tidak
seperti sebelumnya kisah film kali ini cukup rumit dan penuh intrik untuk
penonton dewasa sekali pun. Adegan dialog banyak mendominasi dan minim sekuen
aksi. Tokoh-tokohnya yang “absurd” (tidak nalar) berbuntut pula pada jalan
kisahnya yang “absurd”, tidak fokus, dan sulit ditebak. Karakter Penguin tak
jelas sikapnya, dalam satu sisi ia sangat cerdas namun anehnya emosinya mudah
terpancing hingga melakukan hal-hal diluar dugaan yang konyol. Cat Woman yang
sebenarnya hanya dendam dengan Shreck juga mencampuri urusan Batman dan Penguin,
juga kisah asmara antara Selina dengan Bruce Wayne semakin menambah rumit
suasana.
Batman Returns
Kehadiran “Montase” ditimbang perlu di tengah pergulatan sinema Indonesia menemukan jati dirinya. Wacana seputar sinema kemudian menjadi sebentuk perhatian bagi “Montase” untuk menawarkan cara pandang alternatif atas sinema. Kajian komprehensif semacam ini diharapkan mampu membangun hubungan berkesinambungan antara sineas sebagai pelaku aktif dan penonton maupun pemerhati sinema sebagai pelaku pasif yang akhirnya bermuara pada perkembangan penting jagad sinema di tanah air.
Sasaran “Montase” adalah pelajar, mahasiswa, maupun umum. Segmentasi pasar tersebut kemudian terbagi lagi menjadi dua kategori, yaitu para pecinta maupun pemerhati sinema.
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment