Is it a Masterpiece?
30 September 2012
Sutradara: Rian Johnson
Produser: Rem Bergman / James D. Stern
Penulis Naskah: Arian Johnson
Pemain: Josep Gordon Levitt / Bruce Willis / Emily
Blunt / Piper Perabo / Paul Dano
Sinematografi : Steve Yedlin
Editing: Bob Ducsay
Ilustrasi Musik: Nathan Johnson
Studio:
Endgame Entertainment / DMG Entertainment / Film District
Distributor: Tristar Pictures /
Alliance Films
Durasi: 118 menit
Bujet: $30 juta
Bermain-main
dengan waktu dalam sebuah plot film selalu menyenangkan dan Looper menawarkan formula ini dengan
kisah yang lebih fresh. Aturan main
“plot” dijelaskan sejak menit-menit pertama. Alkisah di masa depan mesin waktu
belum ditemukan namun sudah pada masa tiga puluh tahun setelahnya. Mesin waktu
digunakan secara ilegal untuk membunuh seseorang tanpa bukti. Seseorang dikirim
ke masa lalu dan para looper yang mengeksekusinya. Masa “dinas” seorang looper
habis ketika dari masa depan dikirim versi tua dari looper tersebut untuk ia
lenyapkan dan setelahnya ia memiliki waktu menikmati hidup 30 tahun. Joseph
“Joe” Simmons (Levitt) adalah salah seorang looper dan ketika masa dinasnya
telah habis diluar dugaan ia gagal membunuh versi tuanya (Willis). Pihak agensi
memburu mereka, dan Joe berusaha membunuh versi tuanya, sementara Joe tua
memiliki misi lain yang mampu mengubah masa depan mereka. Bingung dengan
plotnya? :)
Film fiksi
ilmiah mampu membebaskan diri dari aturan dan kelaziman dimensi waktu. Film ini
dengan sangat baik telah menjelaskan segala aturan mainnya sejak awal film.
Tempo film yang bergerak cepat di awal film menjadi lambat setelah sepertiga
durasi memberi kita waktu untuk mencerna kejadian sebelumnya. Jalinan cerita
dan waktu ke waktu mengusik rasa penasaran atau justru malah bisa membuat
bingung penonton. Sekali lepas cerita di awal Anda akan kehilangan cerita
secara keseluruhan. Selepas Joe muda menembak Joe tua (asumsi berdasarkan
aturan main plotnya), teknik montage
sequence menawan menggambarkan kehidupan Joe muda sejak tahun pertama
hingga tahun ke-30 (Joe tua). Ini memunculkan pertanyaan, jika Joe tua bisa
lolos dari Joe muda lalu siapa yang ditembak Joe muda sebelum ia cuti menjadi
looper? Tak ada event yang
menjelaskan ini. Pertanyaan serupa juga muncul dalam perkembangan cerita
filmnya. Memang sedikit membingungkan dan menjadi sebuah paradoks.
Dengan bujet
yang konon hanya $30 juta film ini memang terlihat tidak wah dari sisi
pencapaian rekayasa visualnya. Film ini memang minim penggunaan CGI dan titik
berat filmnya lebih kuat pada sisi dramatiknya ketimbang aksi. Bruce Willis
tidak tampil dengan pesona seperti dalam film-film yang biasa ia bintangi. Sementara Gordon
Levitt diubah wajahnya (termasuk alis palsu) menjadi “Bruce Willis” muda dengan
segala gestur khas sang aktor. Aktris Inggris, Emily Blunt harus bersusah payah
menghilangkan logat Inggrisnya menjadi logat Amerika yang kental. Aktor Jeff
Danniels sebagai Abe, atasan Joe, justru tampil karismatik. Dan yang mencuri
perhatian justru aktris cilik Pierce Gagnyon sebagai si bocah cerdas, Cid.
Looper adalah film fiksi ilmiah langka dengan
plot unik yang bisa kita sandingkan dengan Inception
garapan Christopher Nolan. Film ini banyak sekali memunculkan pertanyaan
setelah selesai menonton dan memang menarik untuk dibincangkan. Selalu
menyenangkan mendapati film yang mengusik rasa penasaran kita. Entah ini
kesalahan atau lubang dalam cerita filmnya atau memang kita yang kurang dalam
mencermati plotnya. Dua shot pada ending filmnya memberi kesan pada
penonton sebuah dugaan tentang identitas sejati Joe. Jika benar, saya
benar-benar dalam kebingungan. Rasanya film ini perlu ditonton lebih dari
sekali untuk bisa memahami cerita lebih detil. Is it a masterpiece? (A-)
No comments:
Post a Comment