Stylish but Soulless
20 Juni 2012
Produser: Tim Burton / Timur
Bekmambetov / Jem Lemley
Penulis Naskah: Seth Graham Smith (novel)
Pemain: Benjamin Walker / Mary
Elizabeth Winstead / Dominic Cooper
Sinematografi : Caleb Deschanel
Editing: William Hoy
Ilustrasi Musik: Henry Jackman
Studio: Dune Entertainment
Distributor: 20th Century
Fox
Durasi: 105 menit
Bujet: $70 juta
Kolaborasi
Burton dan Bekmambetov menjadi jaminan menghasilkan film yang dengan pendekatan
estetik yang unik. Terakhir sebagai produser mereka berdua berkolaborasi dalam,
9 (2009), film animasi unik era pasca
apokaliptik. Bekmembetov yang kita kenal melalui Wanted memiliki gaya yang khas terutama visualisasi adegan aksinya.
Kali ini di AL: Vampire Hunter gaya
yang sama masih tersaji terutama penggunaan teknik slowmotion dengan sudut-sudut kamera yang variatif. Adegan aksi
memang menjadi sajian utama filmnya, sejak awal hingga klimaks filmnya.
Walau kisah
filmnya fiksi namun cukup menarik karena mengkombinasi antara biografi nyata Abraham
Lincoln dengan mitos vampir. Film ini mengisahkan sisi gelap kehidupan sang
Presiden AS (Walker) dalam menumpas ras vampir. Film bermula dari sejak sang
presiden masih bocah sewaktu ia harus menerima kenyataan pahit ibunya tewas
ditangan vampir. Di usia 20-an ia bertemu mentornya yang mengajarinya semua hal
tentang vampir serta cara membunuh mereka. Dalam perjalanan selanjutnya Abraham
menggunakan pendekatan politik dengan harapan ia bisa lebih efektif membebaskan
rakyat AS dari ras vampir namun kenyataan berbicara lain.
Konsep vampir
di film ini berbeda jauh dengan lazimnya. Vampir dikisahkan tidak terbakar oleh
sinar matahari sehingga siang atau malam bukan masalah bagi mereka. Mereka juga
dapat menghilang dan jika mereka menghisap darah korbannya maka tidak
semata-mata sang korban menjadi vampir. Dikisahkan manusia yang masih murni
jiwanya (pure blood) tidak berubah
menjadi vampir namun mati sewajarnya. Seperti lazimnya mereka juga kuat secara
fisik, bisa melompat sangat tinggi, dan berubah menjadi sosok menyeramkan jika
berubah menjadi vampir. Perbedaan ini jelas bukan masalah, yang uniknya adalah
ras vampir digambarkan sebagai metafora perlawanan pihak konfederasi (yang mendukung
perbudakan) terhadap pemerintah AS (Abraham) pada masa ini. Ras vampir
digambarkan sebagai ras penghisap darah yang kelak bakal mengusai seluruh
wilayah Amerika, jika Abraham tidak menghalangi jalan mereka.
Kisahnya
sendiri berjalan cepat dan separuh cerita malah melompat jauh beberapa puluh
tahun ke depan. Yang tidak bisa dimengerti disini adalah jika ras vampir ingin
menguasai benua ini mengapa mereka tidak sesegera mungkin membunuh Abraham
sejak awal jika ia dianggap sebagai ancaman serius. Mengapa mereka tidak
menggunakan Mary sejak awal untuk mengancam Abraham. Jelas ini lebih mudah dan
efektif. Mengapa ancaman tersebut baru dilakukan beberapa tahun setelahnya.
Jelas jawabnya memang mudah karena fakta biografi Abraham tidak memungkinkan
untuk hal ini. Namun ini semua justru membuat kisahnya menjadi sangat
artifisial. Plot yang cepat plus adegan aksi yang mendominasi filmnya juga
membuat jarak antara penonton dengan karakter-karakternya bahkan Abraham
sendiri, sehingga empati kita pada mereka nyaris tak ada. Hasilnya adalah
sebuah film yang seperti karakter ras vampir sendiri, tak memiliki jiwa.
Film ini
adalah sebuah film fantasi – biografi yang memang lebih mengutamakan gaya
ketimbang cerita. Teknik-teknik sinematografi yang unik (khususnya adegan aksi)
sentuhan Bekmambetov dan warna gambar
yang khas plus dukungan setting visi
Burton dan ilustrasi musik menghasilkan sebuah film yang menghibur. Membuat
kisah filmnya menjadi lebih dramatik dan serius juga sepertinya tidak mungkin.
Semua fakta dan kisah hidup tentang Abraham Lincoln dimanfaatkan sedemikian
rupa serta dimodifikasi sehingga berbuah cerita fiksi ini. I don’t know.. Abraham Lincoln adalah salah satu orang besar dan
berpengaruh di muka bumi ini, apa justru kisah filmnya tidak merendahkan sang
tokoh? (C)
No comments:
Post a Comment