Home

Perjaka Terakhir,

Satu Lagi Komedi Konyol


Perjaka Terakhir adalah judul yang kurang pantas untuk film garapan Arie Aziz ini. Cerita berawal dari tokoh Ramya (Aming) seorang cowok kemayu yang bertemu dengan Sigi (Fahrani), seorang gadis tomboy anggota geng Black Rose, geng rentenir kelas kakap. Cerita berkembang pada Ibu Sigi ( Nani Wijaya ) yang berniat menjodohkan anaknya dengan Ramya karena sudah tak sabar ingin menimang cucu. Karena merasa risih dengan bujukan sang ibu, Sigi pun akhirnya mau menikah dengan Ramya.

Kelucuan yang ditampilkan oleh Aming dalam tokoh Ramya cukup menghibur penonton, karena mimik wajahnya yang konyol sangat kontras dengan sikap cuek Fahrani yang sangat apik dibawakannya. Pernikahan yang tidak selayaknya membuat adegan demi adegan menjadi komedi yang menghibur. Sigi yang mendapat amanat dari Om Toro, bos besar untuk menjadi pemimpin berusaha tidak menggunakan kekerasan lagi. Mereka membuat lagu yang mencerminkan bahwa rentenir cinta kedamaian. Rupanya hal ini menjadi sebuah tantangan bagi geng Pirates karena takut kehilangan ”pelanggan”. Maka geng Pirates mengajak bekerja sama dengan bos besar Black Rose.

Merasa sangat terancam karena sang ibu diculik, Sigi yang mencurigai geng Pirates segera bertatap muka dan dengan terus terang menuduh geng Pirates. Namun apa yang dilakukan geng Pirates? Mereka malah mengajak tanding bermain ”bola”. Kaget karena bola diganti dengan buah durian, Sigi pun unjuk gigi kehebatannya. Sebagai film komedi, mungkin wajar saja bila banya menampilkan adegan yang tidak masuk akal seperti adegan terbang dan tendang menendang durian. Tapi ini sangat konyol terutama durian di sini jelas terlihat merupakan rekayasa digital yang kasar. Sangat tidak masuk akal dan tidak enak dipandang.

Begitu juga dengan klimaks cerita bahwa ternyata Om Toro, si Bos Besar malah membunuh ketua Geng Pirates karena memang hanya ingin memperdayainya. Ramya, Sigi, dan gengnya yang melihat kejadian itu berusaha melawan Om Toro yang juga berniat mengahabisi Sigi. Adegan-adegan aksi yang tidak seberapa, ditampilkan dengan kurang apik. Sigi dan gengnya akhirnya dipenjara selama 10 tahun. Saat bebas, Sigi kembali hidup bahagia dengan Ramya. Cerita pun selesai di atas ranjang dengan adegan mesra yang dibuat lucu.

Cerita yang dangkal, komedi yang konyol tapi berlebihan, dan adegan aksi yang tidak sedap dipandang mewarnai film ini. Film ini hanya menonjolkan karakter Ramya yang lucu dan kebanci-bancian, berlawanan dengan karakter Sigi yang tomboy dan keras. Perpaduan karakter tersebut menjadi kunci kelucuan dalam film yang alur ceritanya sederhana ini. Entah pesan apa yang hendak disampailan oleh film ini, setidaknya tersirat bahwa kekerasan tidaklah menyelesaikan masalah dengan baik. Sikap lembut dan pikiran jernih lebih dapat menyelesaikan masalah dengan baik daripada menggunakan aksi kekerasan. Perjaka Terakhir juga menyinggung isu gender dengan menonjolkan sikap Ramya sebagai suami yang lemah lembut dan tidak macho, sedangkan Sigi, istri yang cuek, tangguh dan cenderung melindungi suaminya. Tidak jelas mengapa film ini ’menghalalkan’ perilaku tak lazim seperti itu? Atau ini hanya sekedar sindiran saja? Setidaknya melalui Perjaka terakhir, dapat memberikan nasehat kepada penonton bahwa cara terbaik menyelesaikan masalah adalah dengan pikiran yang jernih dan sikap yang lembut bukan dengan kekerasan seperti yang sedang merajalela di negara kita saat ini.

Debby Dwi Elsha

No comments:

Post a Comment