30 April 2010,
Iron Man 2 adalah salah satu film unggulan musim panas tahun ini yang merupakan sekuel dari film pertamanya, Iron Man yang sukses besar di tahun 2008. Film superhero ini masih digarap sineas yang sama yakni John Favreau. Sekuel kedua ini juga masih dibintangi beberapa bintang terdahulu, yakni Robert Downey Jr. dan Gwyneth Paltrow. Karakter Jenderal Rhodes kini diganti oleh aktor Don Cheadle. Bintang-bintang ternama lain yang baru tampil yakni, Mickey Rourke, Samuel L. Jackson, Sam Rockwell, serta Scarlett Johannson.
Kisah filmnya dimulai sekitar enam bulan setelah cerita film pertamanya. Sosok Iron Man yang tanpa tanding dikisahkan menjadi simbol pemersatu dan penjaga perdamaian dunia. Namun Stark mendapat tekanan dari pesaing bisnisnya, Justin Hammer (Rockwell) serta pemerintah AS yang menganggap Iron Man sebagai senjata berbahaya. Di lain pihak arc reactor yang menjadi “nyawa” Tony Stark (Downey Jr.) ternyata memiliki efek samping, yakni meracuni darahnya yang lambat laun mengancam jiwanya. Masalah demi masalah membuat Stark frustasi dan ia mulai bertindak semaunya sendiri yang membuat prihatin dua teman dekatnya, Pepper (Paltrow) dan Rhodes (Cheadle). Di lain tempat, Ivan Vanko (Rourke), putra dari mantan rekan kerja ayah Stark berupaya membalas dendam dengan membuat duplikat arc reactor milik Stark. Vanko berupaya membunuh Stark di hadapan ribuan massa ketika sang milyuner tengah membalap di sirkuit jalanan Monaco.
Iron Man 2 adalah salah satu film unggulan musim panas tahun ini yang merupakan sekuel dari film pertamanya, Iron Man yang sukses besar di tahun 2008. Film superhero ini masih digarap sineas yang sama yakni John Favreau. Sekuel kedua ini juga masih dibintangi beberapa bintang terdahulu, yakni Robert Downey Jr. dan Gwyneth Paltrow. Karakter Jenderal Rhodes kini diganti oleh aktor Don Cheadle. Bintang-bintang ternama lain yang baru tampil yakni, Mickey Rourke, Samuel L. Jackson, Sam Rockwell, serta Scarlett Johannson.
Kisah filmnya dimulai sekitar enam bulan setelah cerita film pertamanya. Sosok Iron Man yang tanpa tanding dikisahkan menjadi simbol pemersatu dan penjaga perdamaian dunia. Namun Stark mendapat tekanan dari pesaing bisnisnya, Justin Hammer (Rockwell) serta pemerintah AS yang menganggap Iron Man sebagai senjata berbahaya. Di lain pihak arc reactor yang menjadi “nyawa” Tony Stark (Downey Jr.) ternyata memiliki efek samping, yakni meracuni darahnya yang lambat laun mengancam jiwanya. Masalah demi masalah membuat Stark frustasi dan ia mulai bertindak semaunya sendiri yang membuat prihatin dua teman dekatnya, Pepper (Paltrow) dan Rhodes (Cheadle). Di lain tempat, Ivan Vanko (Rourke), putra dari mantan rekan kerja ayah Stark berupaya membalas dendam dengan membuat duplikat arc reactor milik Stark. Vanko berupaya membunuh Stark di hadapan ribuan massa ketika sang milyuner tengah membalap di sirkuit jalanan Monaco.
Iron Man merupakan salah satu film superhero terbaik, baik dari segi cerita maupun estetik. Kisahnya dituturkan secara unik dengan tingkat kedalaman cerita yang jarang disajikan dalam film-film superhero lainnya. Pencapaian estetiknya juga tidak kalah menawannya. Adegan-adegan aksi yang kaya efek visual mampu disajikan begitu meyakinkan dan amat menghibur penonton. Robert Downey Jr. sendiri bermain sempurna sebagai sosok Tony Stark dan seolah terlahir untuk peran ini. Lalu bagaimana film sekuelnya?
Dari sisi cerita, Iron Man 2 bisa dibilang sangat menyedihkan dan membosankan. Konflik baik internal maupun eksternal tampak sekali terlalu mengada-ada. Aneh sekali setelah mengalami penderitaan yang demikian hebat serta bangkit di film pertamanya, Tony Stark seperti kehilangan ruhnya. Tidak bisa dibayangkan Stark sampai bisa mabuk dengan kostum Iron Man. Apa-apaan ini? Stark takut mati? Stark sudah mengalami proses “kematian”, bagaimana mungkin ia menghadapi konflik batin serupa yang semestinya sudah bukan menjadi masalah baginya. Terlalu banyak konflik yang sama kekuatannya juga membuat plot filmnya tidak bisa fokus pada satu masalah saja. Konflik batin Stark sendiri, Pepper, Rhodes, Hammer, Vanko, pemerintah AS, hingga SHIELDS. Terlampau banyak masalah sederhana yang sengaja dibuat rumit membuat kisahnya terlalu lelah untuk diikuti sehingga tidak heran bakal membuat penonton mengantuk.
Dari sisi estetik, naskah yang buruk menjadikan performa prima Robert Downey Jr. menjadi sia-sia. Paltrow, Cheadle, serta Rourke juga bernasib sama. Sungguh menyebalkan, karakter antagonis, Ivan Vanko digambarkan cenderung terlalu santai dan kurang ambius, singkat kata “kurang jahat”. Kostumnya pun sama sekali tidak menarik dan sama sekali tidak elegan. Ok, bicara adegan aksi, sama sekali tidak ada yang perlu dibicarakan. Semua adegan aksinya sama sekali tidak menghibur bahkan hingga adegan klimaksnya. Bisa jadi karena sebagian besar aksinya berlangsung pada malam hari.
Iron Man 2 jika kita bandingkan dengan seri pertamanya bagaikan bumi dan langit. Baik dari sisi plot maupun pencapaian estetik sama-sama menyedihkan. Secara umum filmnya sangat membosankan dan mudah membuat penonton lelah. Entahlah bisa jadi film ini hanya sekedar “formalitas” belaka untuk mengantarkan proyek film besar beberapa tahun mendatang yakni, The Avenger. Kita lihat saja apakah film ini bisa sukses seperti film pertamanya tapi rasanya tidak. Meminjam kata-kata Ivan Vanko pada Stark rasanya merupakan frase yang tepat untuk film ini, “u loose… u loose”. Damn right! (D)
Dari sisi cerita, Iron Man 2 bisa dibilang sangat menyedihkan dan membosankan. Konflik baik internal maupun eksternal tampak sekali terlalu mengada-ada. Aneh sekali setelah mengalami penderitaan yang demikian hebat serta bangkit di film pertamanya, Tony Stark seperti kehilangan ruhnya. Tidak bisa dibayangkan Stark sampai bisa mabuk dengan kostum Iron Man. Apa-apaan ini? Stark takut mati? Stark sudah mengalami proses “kematian”, bagaimana mungkin ia menghadapi konflik batin serupa yang semestinya sudah bukan menjadi masalah baginya. Terlalu banyak konflik yang sama kekuatannya juga membuat plot filmnya tidak bisa fokus pada satu masalah saja. Konflik batin Stark sendiri, Pepper, Rhodes, Hammer, Vanko, pemerintah AS, hingga SHIELDS. Terlampau banyak masalah sederhana yang sengaja dibuat rumit membuat kisahnya terlalu lelah untuk diikuti sehingga tidak heran bakal membuat penonton mengantuk.
Dari sisi estetik, naskah yang buruk menjadikan performa prima Robert Downey Jr. menjadi sia-sia. Paltrow, Cheadle, serta Rourke juga bernasib sama. Sungguh menyebalkan, karakter antagonis, Ivan Vanko digambarkan cenderung terlalu santai dan kurang ambius, singkat kata “kurang jahat”. Kostumnya pun sama sekali tidak menarik dan sama sekali tidak elegan. Ok, bicara adegan aksi, sama sekali tidak ada yang perlu dibicarakan. Semua adegan aksinya sama sekali tidak menghibur bahkan hingga adegan klimaksnya. Bisa jadi karena sebagian besar aksinya berlangsung pada malam hari.
Iron Man 2 jika kita bandingkan dengan seri pertamanya bagaikan bumi dan langit. Baik dari sisi plot maupun pencapaian estetik sama-sama menyedihkan. Secara umum filmnya sangat membosankan dan mudah membuat penonton lelah. Entahlah bisa jadi film ini hanya sekedar “formalitas” belaka untuk mengantarkan proyek film besar beberapa tahun mendatang yakni, The Avenger. Kita lihat saja apakah film ini bisa sukses seperti film pertamanya tapi rasanya tidak. Meminjam kata-kata Ivan Vanko pada Stark rasanya merupakan frase yang tepat untuk film ini, “u loose… u loose”. Damn right! (D)
No comments:
Post a Comment