4 Augt 2008
Satu lagi film unggulan musim panas yang diharapkan mampu mendulang sukses adalah The Mummy: Tomb of the Dragon Emperor. Film ini merupakan sekuel dari dua film sebelumnya yang sukses luar biasa yakni The Mummy (1999) dan The Mummy Returns (2001). Untuk sekuelnya kali ini diarahkan oleh Rob Cohen, sementara sineas sekaligus penulis naskah dua film sebelumnya Stephen Sommers bertindak sebagai produser. The Mummy 3 nyaris ditinggal semua pemain lamanya dan tinggal menyisakan Brendan Fraser dan John Hannah. Karakter Evelyn yang dulu diperankan Rachel Weisz digantikan oleh Mario Bello. Hanya saja bintang-bintang baru yang tampil kali ini lebih besar dari sebelumnya, yakni Jet Li dan Michelle Yeoh, serta dua bintang muda Luke Ford dan Isabella Leong.
Belasan tahun setelah peristiwa Imhotep (Mummy 2), kehidupan Rick O’Connel (Fraser) dan Evelyn (Bello) terasa hambar karena tidak ada sesuatu yang memotivasi gairah hidup mereka, hingga suatu kali mereka menerima tawaran untuk mengantarkan sebuah artefak berharga ke Cina. Sementara putra mereka Alex, yang kini menjadi arkeolog berhasil menemukan makam bersejarah Raja Han (Jet Li) dan seluruh pasukannya. Di lain tempat Jendral Yang berniat mengembalikan kejayaan kekaisaran Cina dengan menghidupkan kembali Raja Han dengan menggunakan artefak yang dibawa Rick dan Evelyn. Dalam sebuah aksi baku tembak, tanpa sengaja Raja Han akhirnya bangkit kembali dan seperti sebelumnya… here we go again. Rick, Evelyn, Jonathan (Hannah), Alex dengan dibantu Lin (Leong) dan ibunya Zi Juan (Yeoh), harus mencegah rencana jahat Raja Han untuk menguasai dunia.
Sama sekali tidak ada sesuatu yang baru dalam plot The Mummy 3. Film ini hanya menggunakan formula cerita yang sama dengan dua film sebelumnya bahkan digarap lebih buruk. Alur plot tampak sekali begitu dipaksakan tanpa motif yang kuat dan terlalu banyak lubang didalamnya. Sejak sekuen pembuka penggambaran sosok Raja Han rasanya masih kurang meyakinkan dan terlalu minim untuk memberikan background cerita dan karakter. Raja Han dalam film ini seolah tampak seperti sosok yang kurang penting dan berpengaruh. Hal ini jauh berbeda dengan sekuen pembuka dua film sebelumnya (latar kisah Imhotep dan Scorpion King) yang memberikan latar penokohan yang begitu kuat sehingga mampu membuat kita bergidik ketika karakter bersangkutan muncul.
Dalam beberapa adegannya juga tampak banyak kejanggalan. Pada sebuah adegan dikisahkan Han menuju Shangri La untuk dapat menyempurnakan kekuatan magisnya. Aneh sekali, kenapa sejak awal Rick dkk tidak meledakkan saja menara tempat dudukan berlian (untuk menunjukkan lokasi Shangri La). Toh sepertinya tidak ada efek jika menara tersebut dirusak atau dihancurkan. Lebih aneh lagi ketika adegan di Shangri La. Jika mata air “keabadian” memang menjadi kunci kekuatan Han, kenapa mata air tersebut tidak dijaga mati-matian, kenapa Han begitu mudah masuk kesana, kemana makhluk-makhluk salju lucu (yeti) yang sebelumnya muncul. Shangri La dalam sebuah shot digambarkan sebagai suatu wilayah “kota” yang besar tapi aneh kenapa sama sekali tidak tampak penghuninya (masak sih cuma Lin dan ibunya?).
Plot yang begitu buruk merambat pula ke sekuen aksinya. Sekuen-sekuen aksi memesona dan spektakuler penuh efek visual yang terdapat pada dua film sebelumnya sama sekali tidak tampak dalam film ini. Sekuen-sekuen aksinya nyaris semua kurang menggigit, tercatat hanya sekuen aksi kejar-mengejar di kota Shanghay yang boleh dibilang sedikit menghibur, itupun minim efek visual. Gelagat buruk sebenarnya telah tampak pada sekuen pembuka yang sama sekali tidak ada gregetnya dan minim efek visual. Tidak ada pertempuran kolosal dan spektakuler seperti pada sekuen pembuka dua film sebelumnya. Padahal ini akan sangat membantu memperkuat karakter Han sebagai sosok yang ditakuti di seluruh daratan Cina. Penggunaan aktor sekelas Jet Li sepertinya menjanjikan sebuah aksi pertarungan yang seru dan menawan namun kenyataanya tidak. Anda masih ingat laga trisula antara Evelyn dan Anck Su Namun dalam The Mummy Returns. Pertarungan ini rasanya masih jauh lebih baik daripada seluruh pertarungan pedang atau tangan kosong yang ada dalam Mummy 3. Pertarungan klimaks yang mestinya berlangsung seru justru berdurasi begitu singkat. Potensi Jet Li sebagai jago Kung fu sama sekali tidak dioptimalkan. What a waste…
Pencapaian para pemainnya juga sama buruknya. Fraser telah berusaha semaksimal mungkin membentuk karakter Rick O’Connel seperti sebelumnya namun tampak kurang berhasil karena lemahnya hubungan chemistry dengan Evelyn yang diperankan Maria Bello. Bello dengan aksen Inggrisnya sepertinya telah berusaha mati-matian agar mirip dengan karakter Evelyn di dua film sebelumnya namun hasilnya masih jauh dari harapan. Karakter Evelyn yang pada dua film sebelumnya begitu lugu, enerjik, serta intelek sama sekali tidak tampak. Evelyn malah justru tampak sebagai sidekick ketimbang karakter utama karena fungsi perannya yang minim. Satu-satunya peran yang sama kuatnya dengan dua film sebelumnya adalah karakter Jonathan yang diperankan Hannah dengan joke-jokenya khas yang mampu mengundang gelak tawa. Seperti ketika Raja Han mematikan api pada dinamit dengan ilmu magisnya, ia mengeluh, “saya benci mumi.. mereka tidak pernah sportif”. Seperti halnya Jet Li, tidak ada yang istimewa dari para pemain lainnya, termasuk Yeoh serta Ford. Sedangkan aktris muda cantik Isabella Leong lebih hanya sekedar pemanis belaka.
Mummy 3 dilihat dari aspek manapun sangat mengecewakan dan sangat jauh jika dibandingkan dengan dua film sebelumnya. Ada sesuatu yang hilang dalam film ini, entah sentuhan Sommers, naskah yang buruk, absennya Weisz, entah minimnya efek visual, (bujet?) atau bisa jadi kombinasi semuanya. Jika berharap film ini sukses komersil seperti dua film sebelumnya rasanya mustahil. Mummy 3 sejauh ini merupakan film unggulan musim panas terburuk yang dirilis tahun ini. Peluang “Mummy 4”? Lebih baik judulnya diubah menjadi “Imhotep” (nama bar milik Jonathan), ”semoga dia mati jangan hidup lagi”, guraunya. (D+).
No comments:
Post a Comment