08 June 2008 1:49 AM
There Will Be Blood merupakan film drama western arahan Paul Thomas Anderson, sineas yang sebelumnya sukses dengan film-film berkualitas seperti Boogie Nigths, Magnolia, serta Punch Punch Drunk Love. Film ini sukses dalam
Tidaklah sulit untuk menilai kekuatan utama film ini disamping naskahnya yang sempurna yakni, performa prima dari Daniel Day-Lewis serta pencapaian sinematografi yang begitu memukau. Plot film hanya berpusat pada aktifitas pengeboran minyak di satu lokasi saja, yakni Little Boston, namun begitu efektif menggambarkan secara utuh bagaimana Daniel dengan tangan besi mengelola bisnisnya. Plotnya dengan rinci menjelaskan bagaimana
There Will Be Blood bisa dibilang adalah one man show, yaitu Daniel Day-Lewis seorang, yang bermain begitu kuat sebagai sosok Daniel Plainview. Lewis, sepertinya lebih pantas bermain sebagai karakter jahat ketimbang karakter baik-baik, seperti akting primanya dalam The Gangs of New York. Kali ini dalam Blood, Lewis juga tampil begitu ekspresif memerankan sosok pengusaha minyak yang ambisius. Sorot mata yang tajam, aksen serta
Sementara pencapaian sinematografi oleh sang sinematografer, Robert Elswit, tidak kalah mengesankan pula. Dalam beberapa tahun terakhir, tercatat amat jarang film yang memiliki pencapaian sinematografi sebaik ini. Film ini sedikit banyak mengingatkan pada film western The Unforgiven (1992, Clint Easwood) yang sama-sama memiliki kualitas sinematografi prima. Gelagat mulai tampak pada sekuen pembuka film yang berdurasi sekitar 15 menit tanpa satu dialog pun. Komposisi gambar tersaji begitu kuat dan indah, dan Elswit tampak menyukai berlama-lama dengan shot-nya (long take). Bahkan hingga panorama
Satu perpaduan teknik long take + tracking shot + panning yang sangat menawan tampak pada adegan ketika Daniel bertemu putranya kembali setelah belum lama berselang sang putra ia kirim paksa ke sekolah tuna rungu. Shot dibuka dengan satu tracking shot manis memperlihatkan para pekerja yang tengah memasang pipa, kamera lalu berhenti ketika Daniel memeluk putranya dalam jarak cukup jauh (extreme long shot). Kamera lalu panning ke arah kanan mengikuti Daniel dan putranya, dan ketika sang putra memukuli sang ayah, jarak kamera pun relatif masih jauh (long shot). Dalam satu shot yang begitu dramatik seperti ini kamera tidak sekalipun memperlihatkan ekspresi wajah (close up) baik Daniel maupun putranya. Satu shot yang bermakna dalam karena seperti kita ketahui hingga akhir kisahnya hubungan antara Daniel dan putranya tidak pernah dekat.
Beberapa keistimewaan lain film ini adalah permainan akting yang kuat dari aktor muda berbakat Paul Dano yang bermain begitu “menyebalkan” sebagai sang Nabi palsu. Demikian pula ilustrasi musik aneh yang “mencekam” dari Jonny Greenwood yang mampu dengan jitu mendukung nuansa “gelap” filmnya. Film juga ditutup dengan indah sesaat ketika Daniel selesai menghabisi nyawa Eli di ruang boling, “I’m Finished” ucap Daniel ketika ia menjawab sahutan pelayannya. Bagi Anda penikmat film sejati tentunya tidak mungkin melewatkan film drama berkualitas tinggi ini. (A-)
No comments:
Post a Comment