29 Oktober 2008,
Battle in Heaven (Battala en el cielo/2005) merupakan film produksi Mexico arahan Carlos Reygadas. Bermain di dalamnya adalah Marcos Hernandez, Anapola Mushkadiz, serta Berta Ruiz. Film ini banyak mendapat pujian pengamat asing dan sukses meraih nominasi Golden Palm di Cannes Film Festival. Tidak seperti film fiksi umumnya sineas mencoba menggunakan pendekatan yang unik dalam film ini.
..
..Kisah filmnya sangat sederhana. Seorang sopir bernama Marcos (Hernandez) bersama istrinya menculik seorang bayi untuk kelak dimintai tebusan. Namun dalam perkembangan sang bayi mendadak tewas akibat sesuatu yang tidak dijelaskan. Cerita filmnya berlangsung sekitar dua hari dan terfokus pada kondisi mental Marcos yang mengalami shock berat akibat peristiwa tersebut. Dunia disekeliling Marcos mendadak berubah menjadi hampa dan senyap. Hubungan gelapnya dengan Ana (Mushkadiz), putri majikannya yang cantik juga tidak banyak membantunya. Marcos pun akhirnya memutuskan untuk mengakhiri hidupnya.
..
Secara keseluruhan Battle in Heaven lebih bisa kita katakan sebagai film eksprerimental ketimbang film fiksi. Sejak awal pun, film dibuka dengan satu adegan yang dijamin mampu membuat shock para penontonnya. Sineas tampak jelas lebih menekankan pada visualisasi status mental Marcos ketimbang alur ceritanya sendiri. Hal-hal penting seperti motif penculikan, latar-belakang hubungan Marcos dengan Ana, serta banyak fakta lainnya sama sekali tidak disinggung. Nyaris sepanjang film kamera hanya mengikuti satu karakter dan seringkali mengambil gambar-gambar sepele yang “tidak perlu”.
..
Lingkungan seputar Marcos yang hampa, asing, serta sunyi mampu divisualisasikan begitu efektif sebagai simbol kondisi mental sang sopir yang tengah blank. Sineas menggunakan beberapa pendekatan teknis sederhana seperti gambar yang kontras, dialog yang minim, dominasi kamera statis, out-focus (gambar kabur), long take, pengaturan setting dan pergerakan pemain, akting, hingga efek suara dan ilustrasi musik. Tonalitas gambar yang kontras di semua adegan secara keseluruhan mampu memberi kesan serasa kita berada di alam mimpi (sureal). Dialog juga sangat minim dalam semua adegannya dan jika ada pun sangat pendek. Kita lebih sering melihat para pemain dalam kondisi termenung (diam) tanpa ekspresi. Sepanjang filmnya sudah tak terhitung lagi shot close-up wajah para karakternya dalam kondisi diam tanpa ekspresi.
..
Sineas lebih sering menggunakan kamera statis dalam banyak adegannya, jika ada pergerakan kamera itu pun sangat lambat sebelum kamera berhenti kembali. Sineas juga beberapa kali menahan shot-nya agak lama (long take). Satu contoh menarik perpaduan teknik long take dan pergerakan kamera tampak pada adegan ketika Marcos bercinta dengan Ana di sebuah flat. Kamera bergerak dengan perlahan-lahan menjauh dari kedua pasangan tersebut, lalu memutar hingga 360ยบ (panning) untuk kembali memperlihatkan Marcos dan Ana. Satu shot sederhana ini mampu dengan efektif menggambarkan suasana batin Marcos yang berada jauh di tempat lain di saat ia merengkuh puncak kenikmatan duniawi. Well… he used to be.
..
Satu hal yang cukup menarik adalah penggunaan efek suara serta ilustrasi musik untuk tujuan yang sama. Sineas beberapa kali mengaburkan antara diegetic sound dan nondiegetic sound. Dalam adegan awal di terowongan, perhatikan bagaimana suara alarm jam mengintimidasi Marcos dan istrinya (sepertinya penonton juga). Dalam adegan lainnya, musik, detak jam, hingga suara-suara lainnya juga ikut mengintimidasi karakternya. Dalam adegan ketika Marcos mengisi bahan bakar mobil di sebuah pom, suara ilustrasi musik klasik (Bach) menggema dengan sangat keras. Semula kita pasti mengira musik tersebut adalah nondiegetic sound hingga beberapa saat kemudian seorang karakter (pengunjung pom) menyuruh petugas pom untuk mengganti musiknya.
..
Semua pendekatan estetik diatas tidak akan efektif tanpa dukungan dari akting para pemainnya. Hernandez yang konon pemain amatir mampu bermain sangat baik sebagai Marcos dan rasanya tidak mudah mempertahankan sikap ekspresi kosong (“blank mode”) hampir sepanjang filmnya. Mushkadiz juga bermain sangat baik sebagai Ana yang tercatat sebagai karakter paling netral dalam filmnya. Akting sang aktris yang kuat dan natural mampu memberikan gambaran yang cukup jika ia dan Marcos sebelumnya pernah menikmati masa-masa indah. Pencapaian ini cukup krusial mengingat plotnya tidak memberikan gambaran latar-belakang yang cukup tentang hubungan mereka.
..
Bahasa gambar jelas menjadi senjata utama film Battle in Heaven. Sineas lebih menitikberatkan kemasan ketimbang isi, dan usahanya boleh dibilang berhasil. Dengan menggunakan teknik-teknik yang sederhana sineas mampu menghasilkan sesuatu yang maksimal. Akting pemain, setting, teknik kamera, hingga suara, seluruhnya mampu bersinergi dengan sempurna untuk mencapai mood yang dituju dan yang terpenting mampu dirasakan efeknya oleh penonton. Simbol-simbol yang tersaji juga relatif mudah untuk kita interpretasi. Namun dari tempo filmmya yang sangat lambat, plot yang tak lazim, hingga adegan-adegan vulgarnya, Battle in Heaven jelas sekali bukanlah film yang ditujukan untuk penonton awam. It will bore (to death..) for most audience. This film is only meant for very small segmented audience. (B)
..
Secara keseluruhan Battle in Heaven lebih bisa kita katakan sebagai film eksprerimental ketimbang film fiksi. Sejak awal pun, film dibuka dengan satu adegan yang dijamin mampu membuat shock para penontonnya. Sineas tampak jelas lebih menekankan pada visualisasi status mental Marcos ketimbang alur ceritanya sendiri. Hal-hal penting seperti motif penculikan, latar-belakang hubungan Marcos dengan Ana, serta banyak fakta lainnya sama sekali tidak disinggung. Nyaris sepanjang film kamera hanya mengikuti satu karakter dan seringkali mengambil gambar-gambar sepele yang “tidak perlu”.
..
Lingkungan seputar Marcos yang hampa, asing, serta sunyi mampu divisualisasikan begitu efektif sebagai simbol kondisi mental sang sopir yang tengah blank. Sineas menggunakan beberapa pendekatan teknis sederhana seperti gambar yang kontras, dialog yang minim, dominasi kamera statis, out-focus (gambar kabur), long take, pengaturan setting dan pergerakan pemain, akting, hingga efek suara dan ilustrasi musik. Tonalitas gambar yang kontras di semua adegan secara keseluruhan mampu memberi kesan serasa kita berada di alam mimpi (sureal). Dialog juga sangat minim dalam semua adegannya dan jika ada pun sangat pendek. Kita lebih sering melihat para pemain dalam kondisi termenung (diam) tanpa ekspresi. Sepanjang filmnya sudah tak terhitung lagi shot close-up wajah para karakternya dalam kondisi diam tanpa ekspresi.
..
Sineas lebih sering menggunakan kamera statis dalam banyak adegannya, jika ada pergerakan kamera itu pun sangat lambat sebelum kamera berhenti kembali. Sineas juga beberapa kali menahan shot-nya agak lama (long take). Satu contoh menarik perpaduan teknik long take dan pergerakan kamera tampak pada adegan ketika Marcos bercinta dengan Ana di sebuah flat. Kamera bergerak dengan perlahan-lahan menjauh dari kedua pasangan tersebut, lalu memutar hingga 360ยบ (panning) untuk kembali memperlihatkan Marcos dan Ana. Satu shot sederhana ini mampu dengan efektif menggambarkan suasana batin Marcos yang berada jauh di tempat lain di saat ia merengkuh puncak kenikmatan duniawi. Well… he used to be.
..
Satu hal yang cukup menarik adalah penggunaan efek suara serta ilustrasi musik untuk tujuan yang sama. Sineas beberapa kali mengaburkan antara diegetic sound dan nondiegetic sound. Dalam adegan awal di terowongan, perhatikan bagaimana suara alarm jam mengintimidasi Marcos dan istrinya (sepertinya penonton juga). Dalam adegan lainnya, musik, detak jam, hingga suara-suara lainnya juga ikut mengintimidasi karakternya. Dalam adegan ketika Marcos mengisi bahan bakar mobil di sebuah pom, suara ilustrasi musik klasik (Bach) menggema dengan sangat keras. Semula kita pasti mengira musik tersebut adalah nondiegetic sound hingga beberapa saat kemudian seorang karakter (pengunjung pom) menyuruh petugas pom untuk mengganti musiknya.
..
Semua pendekatan estetik diatas tidak akan efektif tanpa dukungan dari akting para pemainnya. Hernandez yang konon pemain amatir mampu bermain sangat baik sebagai Marcos dan rasanya tidak mudah mempertahankan sikap ekspresi kosong (“blank mode”) hampir sepanjang filmnya. Mushkadiz juga bermain sangat baik sebagai Ana yang tercatat sebagai karakter paling netral dalam filmnya. Akting sang aktris yang kuat dan natural mampu memberikan gambaran yang cukup jika ia dan Marcos sebelumnya pernah menikmati masa-masa indah. Pencapaian ini cukup krusial mengingat plotnya tidak memberikan gambaran latar-belakang yang cukup tentang hubungan mereka.
..
Bahasa gambar jelas menjadi senjata utama film Battle in Heaven. Sineas lebih menitikberatkan kemasan ketimbang isi, dan usahanya boleh dibilang berhasil. Dengan menggunakan teknik-teknik yang sederhana sineas mampu menghasilkan sesuatu yang maksimal. Akting pemain, setting, teknik kamera, hingga suara, seluruhnya mampu bersinergi dengan sempurna untuk mencapai mood yang dituju dan yang terpenting mampu dirasakan efeknya oleh penonton. Simbol-simbol yang tersaji juga relatif mudah untuk kita interpretasi. Namun dari tempo filmmya yang sangat lambat, plot yang tak lazim, hingga adegan-adegan vulgarnya, Battle in Heaven jelas sekali bukanlah film yang ditujukan untuk penonton awam. It will bore (to death..) for most audience. This film is only meant for very small segmented audience. (B)
Film ini memang cukup sulit untuk diulas. Smoga ulasannya memberikan gambaran yang cukup mengenai filmnya. Intinya kami beranggapan pendekatannya estetiknya memang unik tapi tidak ada hal yang baru dan kisahnya menurut kami juga terlalu sederhana. Bagaimana komentar bung Gideon sendiri? Thx b4
ReplyDeleteThanks alot,redaksi sudah mengulas dengan jelas,saya setuju prolog kita sudah disuguhi adegan yang bikin shock, emang sineas telah berhasil menggambarkan kepada penonton untuk dapat melihat suasana hati dari marcos yang sebenarnya kadang tanpa arah walaupun dia dalam kondisi yang seharusnya dapat melupakannya sejenak (pasca adegan ml dengan anna ).sometimes kita emang tidak bisa membohongi apa kata hati yang lebih tepatnya pertempuran hati.surga yang sebenarnya hanya kita yang dapat menentukan.
ReplyDelete