The Problem with Leonardo DiCaprio

WELL, tergantung Anda mengartikannya sebagai masalah atau bukan, sih.

Tapi, wajah Leonardo DiCaprio yang imut menggemaskan membuat kita tak bisa lupa ia sosok yang sama yang dulu membuat jutaan cewek tergila-gila di Titanic (1997). Padahal, Leo, kini 35 tahun, termasuk aktor besar di angkatannya. Ia beruntung telah bekerjasama dengan para maestro sinema seperti James Cameron, Steven Spielberg, Martin Scorsese (sudah 4 kali), Edward Zwick, Sam Mendes, dan kini Christopher Nolan lewat film barunya Inception. Koran The New York Times menganggap Leo satu dari segelintir aktor yang berhasil keluar dari status sebagai idola remaja dan jadi aktor betulan. Leo merasakan apa yang dialami Robert Pattinson sang bintang Twilight sekarang. Setiap ia pergi ke mana saja, pasti ada remaja cewek bertempik sorak. Poster wajahnya mengisi kamar-kamar cewek sejagad.

Itu terjadi terutama setelah ia bermain di Romeo+Juliet (1996) bersama Claire Danes dan Titanic bareng Kate Winslet. Saat itu, wajah imut Leo memikat cewek sejagad. Dalam gambaran mereka, wajah Leo ya seperti di dua film itu. Tidak berubah lagi, meski usianya bertambah dan film-film berikutnya begitu lain dari dua film itu. Padahal, sejak awal usai berhenti jadi pemain serial TV Growing Pains, Leo sudah meniatkan dirinya jadi aktor dengan A besar. Di film layar lebar besarnya yang pertama, Leo main jadi bocah idiot adik Johnny Depp di What’s Eating Gilbert Grape (1993). Di film itu, Leo mendapat nominasi Oscar pertamanya di usia belum genap 20 tahun.

Artinya, sejak awal, Leo sebetulnya bukan tipe aktor yang suka main film yang bakal membuatnya jadi idola remaja. Bila ditilik lebih jauh, Romeo+Juliet-nya Baz Luhrmann merupakan interpretasi kontemporer atas drama Shakespeare abad ke-16. Setting zaman renaisans diganti perang gangster. Pedang diganti pistol. Hanya Titanic yang dengan jelas diniatkan sebagai kisah cinta yang akan mengharu biru penonton.

Selepas sukses besar di Titanic, Leo mengambil haluan lain bermain film berkategori “berat” dan tidak dibuai untuk main film pengeruk uang yang hanya mengandalkan tampang imutnya. Masalahnya, tampang Leo tetap imut walau ia kini masuk kepala 3. Meski tubuhnya menggemuk, Leo masih menyisakan guratan imut yang membuat kita tak bisa lupa dengan cinta pertama kita padanya di era 1990-an.
Cara Leo lari dari bayang-bayang tampang imutnya dengan main film-film serius. Tengok saja tujuh film terakhirnya, mulai dari Shutter Island kemarin sampai The Aviator empat tahun lalu. Benar kata Ramin Setoodeh di situs Newsweek, Leo nyaris tak pernah senyum di film-film yang dibintanginya sejak 2004. Inception film ketiga Leo dapat peran sebagai pria yang ditinggal mati istri (dua lainnya Revolutionary Road dan Shutter Island). Benar juga kata Setoodeh, terakhir kali kita melihat Leo bermain ceria di Catch Me if You Can. Dan itu tahun 2002.

Sejauh ini, tampang serius Leo membuahkan dua nominasi Oscar tambahan baginya, satu lewat The Aviator (2004), saat ia jadi pengusaha yang jadi gila Howard Hughes dan Blood Diamond (2006), saat ia jadi tentara bayaran pemburu berlian di daerah konflik di Afrika.

Lalu, akankah kita melihat Leo yang ceria lagi? Sepertinya sih belum dalam waktu dekat. Film baru yang sudah pasti akan dibintanginya berjudul Hoover yang rencananya rilis 2012. Di film itu, Leo dipastikan kembali berakting serius. Ia jadi direktur pertama FBI J. Edgar Hoover. Film itu jadi kolaborasi pertama Leo dengan seorang maestro lagi, Clint Eastwood. Leo sudah memilih jalannya jadi aktor serius. Jadi, mungkin kita yang mulai sekarang harus menghapus kenangan soal dia sebagai Leo si tampang imut dan tampan tak terkira.

Ade Irwansyah 
Redaktur Tabloidbintang.com menulis buku Seandainya Saya Kritikus Film (Homerian Pustaka, 2009).

No comments: