Sebuah Tawaran Budaya Remaja yang Positif
Tahun : 2002
Sutradara :Rudy Soedjarwo
Produser :Mira Lesmana / Riri Reza
Penulis :
Jujur Prananto / Prima Rusdi / Rako Prijanto
Pemeran : Dian Sastrowardoyo / Nicholas Saputra /
Titi Kamal /Ladya Cherill / Sissy Pricillia / Adinia Wirasti / Dennis
Adhiswara
Musik : Anto Hoed / Melly Goeslow
Distributor : Miles Production
Durasi : 112 menit
Anggaran : Rp 4 milyar
Sebuah
keceriaan remaja ditunjukan dalam serentetan gambar di pembuka film, dibalut
dengan lagu energik yang diaransemen oleh Melly Goeslow dan Anto Hoed. Kelima
gadis remaja tersebut (Cinta, Maura, Alia, Carmen, Mily) sibuk dengan semangat
persahabatan dalam hiruk pikuk keceriaan masa SMA. Gambar kemudian beralih pada
konflik Alia dengan keluarganya yang semakin mempererat persahabatan mereka,
menuntut mereka untuk saling membutuhkan satu sama lain. Lalu sosok Rangga,
seorang pendiam tidak populer dan sinis muncul sebagai pemenang lomba puisi,
membuat Cinta, salah satu pengurus majalah sekolah harus mewawancarainya
sebagai pemenang lomba. Dari sanalah kedekatan Cinta dan Rangga tercipta, dan
lambat laun perasaan pun muncul diantara keduanya, dari rasa benci menjadi
cinta. Tentang inilah film ini bertutur, persahabatan dan cinta. Sebuah konflik
klasik anak-anak remaja pada umumnya. Mungkin akan terasa sedikit membosankan
jika kita berbicara “melulu” tentang itu, tanpa ada tawaran untuk menggali
konflik remaja secara lebih mendalam. Tapi di Ada Apa dengan Cinta? konflik ini
mampu disajikan dengan pas dan menarik.
Ada
Apa Dengan Cinta? adalah sebuah roman remaja, sehingga romantisme yang hadir
adalah sebuah romantisme semangat remaja dimana unsur-unsur seperti eksistensi
diri, ego serta budaya pop terasa begitu kental dalam film ini. Salah satu
kekuatan film ini adalah chemistry antara Cinta dan Rangga, mereka nyaris
selalu bertengkar mulut, dan hampir setiap saat ketika Cinta dan Rangga bertemu
selalu memunculkan pertikaian sepele yang membuat kita tersenyum melihatnya. Seperti
adegan pertengkaran kecil ketika Cinta dan Rangga di perpustakaan. Adegan ini
enak untuk dinikmati, chemistry diantara keduanya tercipta dengan baik,
ditunjang dengan dialog serta pembawaan yang baik membuat adegan pertengkaran
semacam ini begitu menggemaskan. Adegan
romantis juga dikemas dengan indah dan hangat, seperti ketika Cinta datang ke
rumah Rangga, serta saat mereka pacaran di sebuah kafé dan Cinta melantunkan puisi
yang dibuat Rangga dengan begitu syahdu. Scene juga begitu dramatik karena
disaat yang bersamaan diperlihatkan Alia yang berusaha bunuh diri di kamar
mandi.
Sisi
persahabatan adalah pesan sebenarnya ingin ditonjolkan dalam kisahnya. Cara
kelima sahabat berbicara, bersikap, menari, hingga menangis merupakan refleksi
persahabatan para remaja pada umumnya. Kisah filmnya sederhana namun
aspek-aspek yang mendukung seperti dialog, akting, budaya pop, musik serta lagu
hingga puisi membuat film ini begitu spesial. Scene akhir ketika Cinta membaca
puisi Rangga dalam perjalanan pulang dari bandara menjadi sebuah resolusi yang
manis tanpa terlihat berlebihan dalam akhir cerita yang membahagiakan.
AADC?
adalah sebuah film yang menawarkan semangat budaya remaja yang positif bagi
remaja-remaja kita sekarang. Film ini bisa menjadi refleksi para remaja kita
dalam menghadapi maupun memaknai masa remaja secara positif. Tidak berlebihan
jika AADC? merupakan film remaja terbaik yang pernah diproduksi di negeri ini,
setelah kurang lebih dua belas tahun sejak film ini pertama kali tayang. Diantara
banyaknya film-film remaja yang dirasa kurang inspiratif, para penonton remaja
kita merindukan film semacam ini bisa kembali hadir ditengah-tengah perfilman
kita.
Febrian Andhika
No comments:
Post a Comment