Home


Film Superhero dari Masa ke Masa


Film superhero merupakan salah satu genre yang amat populer dan paling dinanti. Film-film superhero umumnya menjadi jaminan sukses komersil sebuah film. Tak heran jika sekuel bahkan prekuelnya diproduksi hingga beberapa kali. Film superhero yang lazimnya kaya dengan adegan aksi serta efek visual menjadikan biaya produksi menjadi sangat tinggi. Tak heran jika hingga saat ini hanya industri film di Amerika yang mampu memproduksi film-film superhero berkualitas teknis tinggi. Film superhero sendiri sebenarnya merupakan genre campuran (hibrid) dari genre aksi, drama, fantasi, fiksi-ilmiah, hingga roman. Seperti halnya genre besar lain, superhero memiliki karakteristik yang khas baik dari sisi cerita maupun teknis. Film-film superhero umumnya juga diadaptasi dari komik superhero populer seperti, DC dan Marvel. 

Film superhero mengambil kisah tokoh utama yang memiliki kekuatan fisik atau mental yang jauh diatas kemampuan rata-rata manusia yang didedikasikan untuk menyelamatkan umat manusia. Sang musuh seringkali pula memiliki kekuatan sepadan dengan sang jagoan yang memiliki tujuan sebaliknya untuk menghancurkan atau menguasai dunia. Esensi dari kisah superhero adalah kebaikan melawan kejahatan. Sang superhero rela berkorban serta memiliki sikap dan prinsip yang kuat untuk tujuan mulia sehingga mereka jarang sekali membunuh musuh-musuh mereka yang tidak demikian halnya dengan sang musuh. Seringkali kisahnya diawali dengan bagaimana protagonis mendapatkan kekuatan supernya hingga kelak ia bertemu musuh dengan kekuatan yang sepadan. Baik sang jagoan maupun sang musuh juga seringkali berasal dari luar bumi atau bisa pula manusia bumi yang bermutasi akibat kecelakaan percobaan ilmiah atau semacamnya yang terjadi tidak disengaja.

Dari sisi teknis, salah satu aspek paling menonjol dalam film-film superhero adalah penggunaan efek visual atau rekayasa digital (CGI) yang sangat dominan. Rekayasa digital biasanya digunakan untuk setting, kostum, kekuatan super sang jagoan, hingga bahkan karakter sang superhero sendiri. Efek visual juga sering digunakan untuk adegan-adegan aksinya yang menghebohkan dan berskala besar. Kostum juga menjadi hal yang menarik karena tiap superhero memiliki kostum serta simbol yang khas hingga sering menjadi ikon yang sangat populer. Aspek setting juga dominan terutama untuk superhero yang berasal dari luar bumi atau negeri antah berantah. Ilustrasi musik yang kuat dan megah membahana juga seringkali merupakan hal yang menonjol.

Sejak perkembangannya dari era silam hingga kini genre superhero telah berkembang menjadi semakin variatif dan kompleks. Sekuel atau prekuel superhero menjadi hal yang jamak karena menawarkan cerita yang berbeda dari film awalnya serta aksi-aksi yang jauh lebih seru. Dalam beberapa kasus film superhero yang lazimnya bertutur ringan kini lebih mengutamakan kedalaman tema dan sisi dramatik (lebih kompleks) ketimbang aksinya. Aspek komedi juga seringkali bersinggungan dengan genre superhero melalui parodi hingga joke-joke ringan dalam filmnya. Dalam perkembangan selanjutnya tak heran jika film superhero bakal semakin memiliki warna, lebih kompleks, dan lebih berkualitas baik dari sisi cerita maupun secara teknis.

Sebelum Era 80-an

Seperti halnya masa kini, film superhero pada masa ini diangkat ke layar lebar melalui popularitas komiknya. Awalnya kisah superhero banyak diadaptasi untuk film serial pendek yang diproduksi higga beberapa episode. Tercatat superhero adaptasi komik pertama yang diangkat ke layar lebar adalah Captain Marvel (Fawcett Comics). Captain Marvel adalah karakter superhero yang memiliki banyak kemiripan dengan Superman, seperti kebal peluru dan terbang. Film Captain Marvel sendiri diproduksi 12 seri pendek yang diawali melalui The Adventures of Captain Marvel (1941). Sukses serial ini kemudian diikuti beberapa serial superhero lainnya pada dekade yang sama, seperti Batman, The Phantom, Captain America, dan Superman. Film-film serial pendek ini sekalipun masih belum berwarna dan sederhana namun telah kaya dengan penggunaan efek visual.

Era 50-an hingga 60-an adalah era suram bagi film superhero sejalan dengan menurunnya popularitas serial superhero ditambah lagi dengan industri komik yang masa ini tengah ricuh. Pada dua dekade ini nyaris sama sekali tidak diproduksi film superhero, kecuali serial televisi Superman, Adventures of Superman (1952-1958). Tercatat serial ini adalah film serial superhero pertama yang ditujukan untuk pemirsa televisi. Lalu Batman (1966) yang merupakan film panjang dari serial pendeknya tercatat sebagai film superhero panjang pertama untuk rilis bioskop. Film dengan gaya unik ini tercatat pula menggunakan beberapa properti khas Batman seperti, Batmobile, Batcopter, hingga Batboat.

Setelah menghilang selama satu dekade akhirnya film superhero kembali dengan satu gebrakan besar melalui Superman (1978). Film arahan Richard Donner ini adalah film superhero pertama yang sangat sukses baik secara kritik maupun komersil dengan meraih pendapatan $300 juta di seluruh dunia. Film berskala besar ini kaya dengan efek visual yang mencengangkan plus dukungan bujet yang sangat besar kala itu, yakni $55 juta. Film ini juga sukses meraih 3 Oscar, untuk editing, musik, tata suara, serta penghargaan khusus untuk efek visual. Superman menjadi pelopor film superhero yang suksesnya kelak menginspirasi produksi film sejenis pada dekade mendatang.

Era 80-an hingga 90-an

Sukses luar biasa Superman membuat film superhero makin banyak diproduksi pada dua dekade ini dengan efek visual yang semakin mapan dan dukungan bujet yang semakin besar. DC Comics merajai era 80-an melalui karakter-karakter superhero andalannya. Sekuel Superman sendiri diproduksi hingga tiga film sekalipun tidak sesukses film pertamanya, yakni Superman II (1980), Superman III (1983), dan Superman IV: The Quest For Peace (1987). Muncul pula film superhero wanita pertama mengikuti sukses Superman, Supergirl (1984). Mengakhiri dekade ini muncul Batman (1989) yang sukses luar biasa baik kritik maupun komersil melebihi sukses Superman. Film garapan sineas kondang, Tim Burton ini menjadi pembuka jalan bagi genre superhero pada dekade berikutnya. Film fenomenal ini juga dianggap menjadi pelopor film superhero modern yang mampu mengkombinasikan naskah, kasting, pencapaian artistik seperti kostum, properti, dan setting, hingga strategi pemasaran filmnya. Sementara beberapa film superhero minor lain juga diproduksi seperti, Swamp Thing (1982), The Toxic Avenger (1984), dan The Punisher (1989).

Pada dekade 90-an, genre superhero bisa dianggap menjadi salah satu genre besar ditilik dari meningkatnya kuantitas produksi film superhero serta sukses komersil yang dihasilkan. Teknologi rekayasa digital (CGI) yang muncul pada dekade ini juga semakin memudahkan para pembuat film untuk memvisualisasi banyak hal yang belum bisa dicapai sebelumnya.

Mengawali dekade 90-an, dua film superhero adaptasi komik sukses besar, yakni Teenage Mutant Ninja Turtles (1990) serta film kriminal unik, Dick Tracy (1990). Sukses Ninja Turtles yang meraih lebih dari $200 juta mengilhami produksi dua sekuelnya yang dibuat tak lama setelahnya, yaitu Teenage Mutant Ninja Turtles II: The Secret of Ooze (1991) dan Teenage Mutant Ninja Turtles III (1993). Di awal dekade ini pula diproduksi pula Darkman (1990) karya sineas Sam Raimi yang merupakan superhero orisinal non adaptasi komik. Film superhero populer adaptasi Marvel, Captain America (1990) garapan sebuah studio independen juga diproduksi walau tidak dirilis karena kualitasnya yang dibawah standar.

Karakter DC, Batman, tercatat paling produktif pada dekade ini. Sekuel Batman, Batman Returns (1992) kembali digarap Tim Burton. Sekalipun sukses serta digarap dengan pencapaian artistik yang lebih baik dari sebelumnya namun film ini dikritik karena dinilai terlalu gelap dan keras bagi penonton anak-anak. Sekuel keduanya juga diproduksi tiga tahun kemudian, Batman Forever (1995) yang kali ini digarap oleh Joel Schumacer. Dengan gaya artistik yang berbeda, bintang-bintang besar, serta kisah yang relatif ringan untuk anak-anak, film ini sukses besar melebihi sekuel sebelumnya. Sementara sekuel ketiganya, Batman & Robin (1997) banyak dianggap sebagai salah satu film superhero terburuk sekalipun terhitung sukses komersil. Filmnya banyak dikritik karena naskahnya yang buruk, salah kasting, serta terlalu banyak tergantung pada efek visual. Satu lagi adalah film animasi panjang, Batman: Mask of the Phantasm (1993) yang diadaptasi dari film seri animasi televisinya.

Tercatat pula pada dekade ini munculnya film-film superhero “gelap” yang juga merupakan adapatasi komik, seperti The Crow (1994), The Shadow (1994), Spawn (1997), dan diikuti cepat adaptasi komik Marvel, Blade (1998). Superhero-superhero ini tidak seperti lazimnya superhero sebelumnya banyak bersinggungan dengan “kematian” dan aspek mistik. Tercatat The Crow adalah pelopor film superhero jenis ini. Film garapan Alex Proyas ini dipuji karena pencapaian artistiknya yang khas serta sekuen aksi yang cepat. Begitu pula dengan Spawn, film superhero unik yang kaya efek visual. Blade dengan tokoh superhero separuh manusia separuh vampir tercatat adalah yang tersukses dengan dua sekuelnya pada dekade mendatang.
Sementara beberapa film superhero lain yang tercatat sukses diantaranya, The Mask (1994). Film komedi superhero unik ini dibintangi komedian kondang Jim Carey yang karakternya diadaptasi dari komik Dark Horse. Kemudian film superhero anak-anak, Mighty Morhin Power Rangers: The Movie (1995) yang diadaptasi dari serial televisi populer dengan sebuah sekuelnya. Beberapa film superhero yang gagal secara komersil diantaranya adalah The Phantom (1996), Steele (1997) yang diadaptasi dari komik DC, lalu Mystery Men (1999).

Film Superhero Era 2000-an hingga Kini

Pada awal milenium baru genre superhero boleh dibilang telah solid menjadi salah satu genre besar yang nyaris menjadi jaminan sukses sebuah film secara komersil. Tercatat hanya dalam satu dekade ini saja lebih dari 40 film bergenre superhero diproduksi. Sungguh amat mencengangkan. Angka ini lebih dari total seluruh produksi film superhero sebelum milenium baru. Tidak hanya secara kuantitas namun secara kualitas pun semakin baik. Beberapa film superhero terbaik tercatat diproduksi pada dekade ini. Teknologi CGI yang semakin mapan membuat film superhero yang tidak mungkin dibuat pada masa lalu kini dengan mudah dapat divisualisasikan. Teknologi 3D yang mulai populer pertengahan dekade ini juga membuat lambat laun film-film superhero diproduksi dengan format ini. Seperti pada dekade-dekade sebelumnya, film superhero masih didominasi adaptasi dua komik populer DC dan Marvel. Selama awal milenium hingga kini Marvel masih mengungguli DC dalam jumlah film adaptasi komik superhero.

Tokoh-tokoh superhero Marvel dalam X-Men, seperti Profesor Xavier, Magneto, Wolverine, Cyclope, Rogue, Storm, dan lainnya tercatat adalah karakter superhero yang paling banyak diadaptasi ke layar lebar. Marvel mengawali dekade baru dengan film unggulannya, X-Men (2000). Sekalipun banyak mengecewakan fans berat X-Men namun film ini tetap saja sukses luar biasa karena sekuen aksinya serta efek visual yang mengagumkan plus dukungan sederetan bintang-bintang besar yang terlibat didalamnya. Sukses X-Men diikuti pula dua sekuelnya yang jauh lebih sukses dari film pertamanya, yakni X2 (2003) dan X-Men: The Last Stand (2006). Dua prekuelnya juga dibuat, X-Men Origins: Wolverine (2009) serta X-Men: First Class (2011). Adapun First Class banyak dianggap sebagai film terbaik diantara film-film X-Men lainnya.
  
Satu lagi karakter populer Marvel yang sukses luar biasa pada dekade ini adalah Spiderman. Diawali dengan Spiderman (2002) garapan Sam Raimi yang pada masanya menjadi film superhero terlaris sepanjang masa dengan pendapatan kotor lebih dari $800 juta. Itu belum terhitung keuntungan merchandise, seperti mainan, DVD, hak siar televisi yang mencapai lebih dari $500 juta. Sukses juga diikuti dua sekuelnya, yakni Spiderman 2 (2004) dan Spiderman 3 (2007). Spiderman 2 bahkan dianggap melebihi kualitas film pertamanya dan dianggap sebagai salah satu film superhero terbaik karena mampu menyeimbangkan antara pencapaian visual dan sisi manusiawi pada kisahnya. Sementara Spiderman 3 sekalipun sukses komersil melebihi dua film lainnya namun dianggap sebagai yang terburuk dibanding dua sebelumnya. Namun tak dipungkiri trilogi film ini menjadikan Spiderman sebagai superhero terlaris sepanjang masa.

Karakter superhero populer Marvel lainnya juga bermunculan dengan sukses komersil yang lumayan yakni Daredevil (2003), Hulk (2003), The Punisher (2004), Elektra (2005), Fantastic Four (2005), hingga Ghost Rider (2007). Semua film ini rata-rata sangat menonjolkan aksi serta efek visual yang mengagumkan walau tak banyak dipuji kritikus. Sukses film-film tersebut juga memicu produksi sekuelnya, seperti Fantastic Four: Rise of the Silver Surfer (2007), Punisher: War Zone (2008), serta dua sekuel Blade, yakni Blade II (2002) serta Blade: Trinity (2004). Sekalipun rata-rata sukses komersil namun film-film sekuel ini tak mampu menandingi sukses film pertamanya.

Marvel juga membuat proyek besar jangka panjang, yakni The Avenger yang merupakan kolaborasi dari superhero besar, seperti Hulk, Iron Man, Thor dan Captain America. Di mulai dari Iron Man (2008) yang sukses baik komersil maupun kritik terutama karena penampilan yang menawan dari Robert Downey Jr. Sementara sekuelnya, Iron Man 2 (2010) sekalipun sukses melebihi film pertamanya namun dinilai secara kualitas tidak sebaik sebelumnya. Karakter Hulk juga dibuat ulang untuk tuntutan proyek Avenger, yakni The Incredible Hulk (2008). Lalu dua superhero lainnya diproduksi cepat dan rilis di tahun yang sama, yakni Thor (2011) dan Captain America: The First Avenger (2011). Sementara The Avenger sendiri baru dirilis 2012 menjadikan salah satu film yang paling dinanti penonton.

Sementara DC Comics sekalipun kalah bersaing secara kuantitas dengan Marvel namun tidak secara kualitas. Superhero DC yang paling menonjol dekade ini adalah Batman yang di-remake ulang melalui versi yang lebih realistik dengan plot kompleks serta kedalaman cerita yang belum pernah tersentuh sebelumnya yang digarap oleh Christopher Nolan. Diawali dengan Batman Begins (2005) dituturkan unik dengan gaya “nonlinear” serta pendekatan psikologi khas Nolan. Sang sineas bereksperimen lebih jauh lagi dalam sekuelnya, The Dark Knight (2008) yang dianggap banyak pengamat sebagai film superhero terbaik sepanjang masa sekaligus film superhero terlaris hingga kini dengan meraih pendapatan lebih dari $ 1 milyar di seluruh dunia. Nolan kini tengah mempersiapkan sekuel ketiganya, The Dark Knight Rising yang dirilis tahun 2012.

Film-film superhero adaptasi komik DC lainnya juga bermunculan, diantaranya Catwoman (2004), remake ulang Superman, Superman Returns (2006), The Spirit (2008), Watchmen (2009), Jonah Hex (2010), dan Green Lantern (2011). Kemudian beberapa film superhero unik adaptasi komik anak perusahaan DC, yakni The League of Extraordinary Gentlemen (2003/Wildstorm), Constantine (2005/Vertigo) dan V For Vendetta (2005/Vertigo). Adapun film yang menarik perhatian pengamat adalah Wacthmen dengan karakter superhero yang unik, setting era perang dingin, dengan cerita alternatif yang berbelok dari realitas. Namun film ini juga dikritik karena durasinya yang panjang serta lebih diperuntukkan penonton dewasa. Sementara film-film lainnya termasuk Superman Returns yang semula dijagokan justru filmnya menurunkan pamor sang superhero sendiri.

Film-film superhero adaptasi komik non Marvel dan DC juga banyak muncul, seperti komik Darkhorse dengan Hellboy (2004) dan sekuelnya Hellboy II: The Golden Army (2008), kemudian Son of the Mask (2005).. Lalu adaptasi komik NOW, The Green Hornet (2011) yang baru saja dirilis. Juga bermunculan pula film-film superhero orisinil unik seperti, Sky High (2005), Zoom (2006), serta Hancock (2006) yang sukses luar biasa. Hancock dinilai banyak pengamat memberi warna baru pada genre superhero melalui karakter superhero yang eksentrik. Karakter superhero orisinil juga muncul dalam bentuk film animasi 3D, yakni The Incredibles (2004/Pixar) dan Megamind (2010/Dreamworks). 

Pada dekade ini muncul pula beberapa pengembangan genre superhero yang menambah kaya genre ini, seperti Unbreakable (2000) garapan M. Night Shyamalan yang lebih menekankan pada unsur drama psikologis. My Super Ex-­Girlfriend (2006) merupakan film komedi roman superhero garapan sineas spesialis komedi, Ivan Reitman. Lalu ada pula superhero anjing, Underdog (2007) yang cukup sukses komersil. Superhero Movie (2008) merupakan film komedi seperhero yang merupakan parodi dari film-film superhero besar. Kick Ass (2010) merupakan film komedi superhero remaja yang banyak dikritik karena aksi kekerasan yang dilakukan anak-anak. Walau begitu film ini sukses baik kritik maupun komersil.


Sementara di luar wilayah Amerika, terutama asia film-film superhero juga banyak diproduksi walau umumnya hanya sukses secara domestik di wilayahnya masing-masing. Jepang dikenal sejak era silam memproduksi film serial televisi superhero yang seringkali diadaptasi ke layar lebar, seperti Ultraman dan Kamen Rider yang telah diproduksi hingga puluhan film. Di India juga muncul beberapa film superhero, seperti Kkrish (2005) dan yang terbaru Ra.One (2011). Di Hong Kong juga ada Black Mask (1996) di Thailand ada Mercury Men (2006) . Di indonesia sendiri juga pernah memproduksi film superhero adaptasi komik lokal, seperti Gundala Putra Petir (1981) dan paling terbaru Madame X (2010).

Genre superhero kini telah menjadi salah satu genre besar dan berpengaruh dalam industri film di dunia. Untuk beberapa dekade mendatang Hollywood sepertinya tetap menjadi pemain utama dalam produksi film superhero. Efek visual yang semakin canggih plus dukungan format 3D sepertinya akan semakin mendorong film-film superhero semakin berorientasi pada efek visual serta menitikberatkan pada aksi. Secara kuantitas bisa dipastikan film superhero akan semakin meningkat produksinya namun secara kualitas tentu kita berharap film-film superhero bermutu tinggi seperti Spiderman dan The Dark Knight masih akan dapat kita temui bahkan mungkin lebih baik lagi. 


Himawan Pratista






No comments:

Post a Comment