Film Aksi Medioker dan Kembalinya Schwarzenegger
30 Januari 2013
Sutradara: Kim Ji-woon
Produser: Lorenzo di Bonaventura
Penulis Naskah: Andrew Knauer
Pemain: Arnold Schwarzenegger/Forest
Whitaker/Johnny Knoxville/Luiz Guzman
Sinematografi: Kim Ji-yong
Editing: Steven Kemper
Ilustrasi Musik: Mowg
Studio: di Bonaventura Pictures
Distributor: Lionsgate
Durasi: 107 menit
Bujet: $30-45 juta
Ada dua hal yang
menarik di film ini. Pertama adalah kembalinya superstar aksi era 80-90-an,
Arnold Schwarzenegger. Terakhir kita melihat Schwarzenegger bermain film adalah
Terminator 3, satu dekade silam, dan
walau pada saat itu ia sudah berumur namun karismanya tetap tampak. Kedua
adalah keterlibatan sineas Korea berbakat, Kim Ji-woon yang memproduksi
film-film Korea berkualitas macam A Tale
of Two Sister, A BitterSweet Life, serta I Saw the Devil. Bahkan sinematografernya pun asal Korea, Kim
Ji-Yong. Dengan bujet relatif rendah untuk aktor sekelas Schwarzenegger, Kim Ji-woon
mampu meramu sebuah film aksi yang lumayan menghibur.
Plot filmnya sangat
sederhana. Seorang tawanan khusus FBI yakni gembong narkotik internasional,
Gabriel Cortez berhasil lepas dari kawalan. Cortez dengan ego dan kepercayaan
diri nya yang tinggi mengendarai mobil super cepat untuk melewati perbatasan
US-Mexico tentunya dengan dukungan anak buahnya. Satu persatu barikade tiap
kota lewati tanpa perlawanan berarti hingga ia harus melewati satu kota kecil
bernama Sommerton. Sebagai kota perbatasan terakhir, Sheriff Ray Owens (Schwarzenegger)
dengan segala keterbatasan mencoba untuk menghentikan Cortez dan anteknya.
Plot film yang
sederhana dengan tempo yang sedang memang memaksimalkan aksi dengan tambahan
bumbu komedi. Adegan aksinya cukup lumayan khususnya aksi kejar- mengejar di
jalan raya plus adegan standar tembak-menembak khas Schwarzenegger dengan
senapan mesin besar. Tak ada yang istimewa namun juga tidak buruk-buruk amat.
Bumbu komedi justru malah yang membuat filmnya menjadi tidak membosankan. Salah
satunya karakter Deputi “Figgy” (Guzman) dengan polah dan celotehannya yang
mampu membuat suasana bioskop menjadi penuh gelak tawa.
The Last Stand menjadi pembuktian bagi Schwarzenegger
bahwa ia ternyata masih mampu bermain dalam adegan-adegan aksi fisik yang
menantang. Walau tak seagresif dulu namun setidaknya film ini cukup mengobati
rasa rindu para fans sang superstar. Sementara bagi Kim Ji-woon film ini
menjadi ajang pembuktian jika sineas Korea ternyata mampu membuat film aksi menghibur
tak kalah dengan sineas Hollywood lainnya. Namun film ini sendiri masih belum
bisa menyamai kualitas film-film lokal garapannya. Bagi Schwarzenegger, The Last Stand bisa menjadi titik awal
kembalinya sang aktor untuk ke depan bisa bermain di film-film aksi yang lebih
berkualitas. (C)
No comments:
Post a Comment