Mencoba Mengulang Sukses Trilogi “LOTR”
14 Desember 2012
Sutradara: Peter Jackson
Produser: Peter Jackson
Penulis Naskah: Fran Walsh/Peter
Jackson/ J.R.R. Tolkien (Novel)
Pemain: Ian McKellen/Martin Freeman/Andy
Serkis/Cate Blanchett
Sinematografi: Andrew Lesnie
Editing: Jabez Olssen
Ilustrasi Musik: Howard Shore
Studio: New Line Cinema/MGM/WingNut
Films
Distributor: Warner Bros. Pictures
Durasi: 169 menit
Bujet: $ - juta
Setelah penampilan gemilang trilogi LOTR (The Lord of the Rings) rasanya tidak ada sesuatu lagi yang bisa
disisakan untuk The Hobbit. Trilogi
ini adalah bisa dibilang adalah salah satu pencapaian tak ternilai sepanjang
sejarah sinema dalam konteks skala produksi, aspek setting, efek visual,
kedalaman cerita, serta banyak aspek lainnya. Jackson telah membuat sesuatu
mahakarya yang nyaris tak mungkin divisualkan secara live action. The Hobbit: An
Unexpected Journey diambil pula dari novel karya Tolkien yang berlatar
kisah 60 tahun sebelum peristiwa LOTR. The
Hobbit juga direncanakan menjadi sebuah trilogi yang dirilis berurutan dalam
tiga tahun. Uniknya, awal filmnya dimulai dengan adegan kecil sesaat sebelum kisah
LOTR dimulai, menampilkan karakter Frodo (Elijah Woods). Tokoh utamanya adalah
Bilbo Baggins (Freeman) yang diperdaya Gandalf untuk mengikuti rombongan Dwarf
pimpinan Thorin untuk merebut kembali kampung halaman mereka yang hilang. Sepanjang
perjalanan mereka menemui banyak rintangan dan masalah hingga akhirnya Bilbo secara
tak sengaja bertemu dengan Gollum (Serkis) yang memiliki cincin ajaib milik
Sauron.
Struktur kisahnya tak berbeda banyak dengan LOTR namun lebih sederhana
yang hanya diisi dengan perjalanan dan aksi perang secara repetitif. Berbeda
dengan trilogi LOTR yang masing-masing diadaptasi dari tiga novel, satu novel The Hobbit dipecah menjadi tiga film.
Hasilnya? Sebuah kisah yang sangat lambat, sangat detil, dan sangat
membosankan. Kisahnya berlama-lama dan sama seperti menonton DVD extended version seri LOTR. It’s very frustrating menonton di layar
bioskop. Momen-momen menarik hanyalah nuansa “nostalgia” bertemu kembali dengan
karakter-karakter LOTR, seperti Gandalf, Saruman, Galadriel, Elrond, Frodo,
hingga Gollum. Sangat menyenangkan melihat Gandalf, Saruman, Elrond, Galadriel (empat
aktor senior) duduk berdiskusi dalam satu meja, hal yang tak pernah ada dalam
LOTR. Namun momen yang paling menarik adalah ketika karakter fenomenal, Gollum,
muncul. Adegan bermain teka-teki antara Gollum dan Bilbo adalah satu-satunya scene paling menarik sepanjang film ini.
Gollum benar-benar mencuri perhatian.
Bicara soal 3D, jujur saja, The
Hobbit adalah pencapaian terbaik yang pernah saya lihat. Gambar-gambar jauh
maupun dekat mampu ditampilkan secara sempurna, dan seolah gambar mencuat dari
layar sepanjang filmnya. Pencapaian efek visual (CGI) juga tak perlu lagi
diragukan karena ini yang menjadi salah satu andalan filmnya. Jackson
menggunakan 48fps (lazimnya 24fps) berakibat pada efek gerakan gambar yang sangat
halus namun efek gambarnya menjadi aneh, layaknya gambar format video, dan kita
sama sekali tidak seperti menonton film. Entah mungkin jika menonton IMAX 3D
gambarnya tidak seperti ini namun dari apa yang saya tonton, gambarnya sungguh
sangat tidak nyaman, dan menjauhkan kita untuk bisa larut dalam filmnya.
The Hobbit: An Unexpected Journey
adalah semata-mata hanya usaha untuk mengulangi sukses trilogi LOTR yang
fenomenal. Kisah filmnya yang dipecah menjadi tiga jelas terlalu panjang untuk
adaptasi satu novelnya dan murni strategi marketing untuk menghasilkan banyak
keuntungan. Para fans LOTR bisa suka,
atau tidak suka dengan The Hobbit,
namun faktanya trilogi LOTR masih terlalu superior. It’s really an unexpected journey for me.. (C+)
Awal film bener2 mondar-mandir ga fokus, harusnya di-edit lagi nih supaya lebih padat tapi ga kepanjangan bertele-tele..
ReplyDeletehm, kayanya Jackson tergoda sama emasnya Smaug nih smape dibikin 3 fil segala :(
tapi overall ane menikmati banget, who doesn’t love Middle-earth?