Home

Airport, Pelopor “Modern Disaster Movie”


Airport (1970)
Distributor: Universal Pictures
Sutradara: George Seaton
Produser: Ross Hunter
Penulis Naskah: George Seaton / Arthur Healey (novel)
Pemain: Burt Lancaster / Dean Martin / Jacqueline Bisset / George Kennedy
Ilustrasi Musik: Alfred Newman
Sinematografi: Ernest Lazlo
Editing: Stuart Gilmore
Bujet: $10 juta
Durasi: 137 menit

Airport diadaptasi dari novel berjudul sama karya Arthur Healey. Film ini berkisah keseharian sebuah bandara dalam satu hari yang di luar kebiasaan. Manager bandara, Mel Bakersfeld (Lancaster) harus membersihkan landasannya dari salju tebal yang mengotori landasan pacu. Satu pesawat penumpang telah menjadi korbannya terjebak di tengah landasan. Belum selesai masalah, sebuah pesawat yang tengah mengudara mendapat ancaman bom dan akhirnya meledak sehingga kabin bagian belakang berlubang. Pilot terpaksa harus melakukan pendaratan darurat di landasan yang belum sepenuhnya bersih dari salju.

Airport merupakan pemicu utama booming tema bencana pada era 70-an. Lantas apa yang membuat film ini begitu digemari penonton? Dengan modal produksi hanya $10 juta namun mampu meraih pendapatan kotor lebih dari $100 juta. Bisa dibilang Airport merupakan pelopor formula disaster movie modern, utamanya karena penggunaan multi plot serta kombinasi unsur roman, drama, bahkan komedi. Hampir separuh durasi awal filmnya (lebih dari satu jam) belum memperlihatkan konflik cerita sesungguhnya. Pada segmen ini layaknya film drama dan roman kita justru dibawa satu persatu secara bergantian dengan rinci dan berimbang menjelaskan latar-belakang tiap tokohnya. Aksi ketegangan baru muncul pada sepertiga akhir cerita menutup kisahnya dengan sempurna dan semua konflik masing-masing karakternya selesai.  

Satu kunci lainnya keberhasilan komersil film ini jelas pada sederetan bintang ternama yang bermain di film ini. Namun tidak seperti dalam film-film sejenis masa kini mereka lebih banyak berakting ketimbang beraksi sehingga momen dramatik di akhir film jauh lebih terasa. Penggunaan setting yang bervariasi di areal bandara juga menjadi daya tarik tersendiri filmnya namun satu pencapaian teknis yang sangat unik adalah penggunaan teknik split screen. Teknik split screen seringkali digunakan menggantikan teknik cross cutting terutama pada adegan dialog menggunakan telepon atau CB. Dalam beberapa adegan, sineas membagi layar tidak hanya dua namun hingga empat layar sekaligus. Teknik ini sangat efektif karena dalam filmnya seringkali menggunakan dialog tak langsung seperti telepon. 

Airport jelas tidak dapat dibandingkan dengan film-film aksi sejenis masa kini, seperti Die Hard 2 misalnya. Airport justru tampak lebih manusiawi karena lebih menekankan pada unsur dramatik ketimbang unsur aksinya. Unsur ketegangan yang demikian tinggi terutama di sepertiga akhir cerita juga tidak kalah dengan film-film bencana masa kini sekalipun efek visual yang digunakan masih sangat sederhana. (hp) 

No comments:

Post a Comment