Dalam sejarah sinema Perancis, kita tak boleh melupakan bagaimana Gerakan New Wave melakukan “pemberontakan estetis” terhadap tradisi Cinema Du Papa yang menjadi mainstream di era sebelumnya. Para auteurs New Wave yang berangkat dari jurnal Cahiers Du Cinema ini kemudian menjadi salah satu gerakan sinema terbesar sepanjang Sejarah. Namun, euforia gerakan New Wave ini terkadang menutupi gerakan lain yang tak kalah pentingnya: Left Bank Cinema. Oleh para kritikus, Left Bank Cinema terkadang dicampur adukkan dengan New Wave dikarenakan keduanya memiliki concern yang, sedikit banyak, politis. Namun sebenarnya keduanya tidaklah sama, Left Bank Cinema adalah entitas yang sama sekali terpisah dari Gerakan New Wave. James Monaco, seorang teoritisi film menyebutkan bahwa setidaknya ada empat orang Sineas core dari Left Bank Cinema ini: Agnes Varda, Alain Resnais, Jacques Demy dan Chris Marker. Beberapa sineas lain juga sering diasosiasikan dengan Left Bank Cinema antara lain Georges Franju, Henri Colpi, dan William Klein.
Apa sebenarnya yang membedakan Left Bank Cinema dengan New Wave?. Richard Neupert mengklaim bahwa para Auteurs Left Bank memiliki kecenderungan untuk terlibat lebih jauh (bahkan terkadang beresiko) dalam eksperimentasi estetis, mereka lebih senang dengan genre dokumenter (atau menggunakan imaji dokumenter dalam genre fiksi), ini mungkin dikarenakan bentuk dokumenter cenderung memiliki kesan yang lebih valid mengingat isu yang kerap mereka angkat adalah isu-isu sosial dan politik yang sarat kontradiksi. Sementara teoritisi film lain, Claire Clouzot, berpendapat bahwa Left Bank Cinema sebenarnya terinspirasi oleh eklektisisme estetika, mereka tidak pernah berpegang pada satu paradigma estetika tertentu melainkan menggabungkan atau bahkan mengubah suatu paradigma secara radikal, hal ini tidak menjadi masalah besar sebab fokus mereka sebenarnya tidaklah terletak pada cinephilic fanaticism, melainkan pada fluktuasi proses mental dimana penggalian isu-isu sosial- politis bisa disampaikan secara komprehensif kepada audiens.
Orang takkan melewatkan Breathless (Jean-Luc Godard, 1959) atu The 400 Blows (Francois Truffaut, 1959) ketika berbicara tentang New Wave. Sejalan dengan itu, Left Bank Cinema-pun memiliki karya-karya yang sampai sekarang kadang masih menjadi ikon yang dikultuskan. Hiroshima Mon Amour (1959) dan Last Year at Marienbad (1962), keduanya karya Alain Resnais dan dianggap menjadi karya-karya Left Bank yang terkemuka. Agnes Varda mengembangkan konsep cinécriture yang ia derivasikan dari konsepsi Alexandre Astruc tentang camera-stylo. Cinécriture adalah konsep dimana seorang sutradara berperan seperti penulis. Dialah yang mengarahkan, menulis, mengedit, sampai pada memilih lokasi. Eksperimentasi ini selangkah lebih jauh dari konsep auteur yang dipopulerkan gerakan New Wave. Karya Varda yang signifikan antara lain Cleo from 5 to 7 (1961), L’Opéra mouffe (1958) dan Du côté de la côte (1958). Sementara Chris Marker, sutradara yang paling produktif diantara ketiga sineas core tersebut memproduksi hampir semua karyanya dalam bentuk dokumenter, seperti Letter from Siberia, A Grin Without a Cat, dan Sans Soleil. Satu-satunya karya non-dokumenternya adalah La Jetee (1962), film berdurasi setengah jam dengan narasi dystopian yang dirangkai oleh shot-shot nakal dan editing yang radikal.
Bagi generasi sekarang, terkadang tak mudah untuk mendapatkan film-film Left Bank dalam bentuk DVD, sebab para filmmaker ini kerap membuat film-film mereka dalam format seadanya dan tidak di-convert dalam format DVD. Namun terlepas dari ke-tak-tersediaan teknis tersebut, Left Bank Cinema sangat tak patut untuk kita lupakan dari uraian panjang benang sejarah sinema Perancis, dan oleh karena itu, Dunia.
Makbul Mubarak
Mahasiswa FISIPOL UMY
Hello mate great bllog post
ReplyDelete