Cerita berlatar tahun 2012 dimana Amerika mengalami krisis ekonomi besar-besaran. Pengangguran melimpah dan menurunnya moral secara massal menyebabkan angka kriminalitas semakin tinggi. Masyarakat semakin haus akan hiburan dan lomba balap mobil brutal bernama Death Race menjadi jawabnya. Death Race digelar di sebuah penjara sekuriti maksimum, Terminal Island, dimana para napinya sendiri yang menjadi para pembalapnya. Seorang mantan juara balap, Jensen Ames (Statham) dijebak (membunuh istrinya) hingga ia masuk ke dalam penjara dan dipaksa oleh kepala sipir, Hannesey (Allen) untuk ikut dalam lomba maut tersebut. Tanpa banyak pilihan Ames harus berjuang keras mengalahkan para pembalap lain untuk memperjuangkan kebebasannya dan bertemu kembali dengan putrinya.
Dari judulnya, Death Race, sepertinya mengisyaratkan sebuah remake, namun plotnya rupanya berbeda jauh dengan film aslinya (Death Race 2000) yang juga jauh lebih brutal. Death Race hanya mengambil lokasi balapan di tempat yang sama dan untuk menjadi pemenang pembalap diperbolehkan (namun tidak harus) untuk membunuh lawan-lawan mereka. Sementara Death Race 2000 merupakan balapan lintas wilayah dan pemenangnya adalah siapa yang lebih dulu mencapai finis dan berhasil meraih poin terbanyak. Poin dihitung dari jumlah manusia (warga sipil) yang mereka tabrak hingga tewas! Satu-satunya kesamaan cerita adalah nama-nama tokoh utamanya, yakni Frankenstein dan Machine Gun Joe yang dulu diperankan David Carradine dan Silvester Stallone.
Death Race rupanya masih memiliki jiwa film-film “B-Movies” era silam dengan hanya mengandalkan aksi-aksi fisik tanpa menyajikan cerita yang bermutu. Satu hal yang begitu terasa adalah tempo plotnya yang cepat dengan adegan-adegan aksi keras dan brutal nyaris tanpa henti (sekitar 75% durasi filmnya adalah adegan aksi). Adegan balapnya sendiri padahal tercatat hanya empat sekuen saja, yakni pada pembuka film, balapan tahap satu, tahap dua, dan tahap tiga. Kita bahkan baru mendapatkan informasi rinci tentang aturan teknis lomba pada saat balapan berlangsung. Hal ini justru sangat efektif memberikan efek kejutan bagi para penonton.
Satu hal yang menjadi daya tarik film ini jelas adalah aksi balapnya yang orisinil tanpa efek visual. Sejak seri Mad Max sepertinya belum ada aksi kejar-mengejar mobil sejenis yang mampu menandingi, dan Death Race inilah tandingannya. Aksi balapannya menyajikan mobil-mobil modifikasi berlapis baja, lengkap dengan senjata mesin serta roket peluncur yang menjadi jaminan sebuah adegan aksi yang sangat menghibur. Nuansa video game begitu kental dalam aksi balapnya. Coba perhatikan, dalam setiap lap setiap pembalap dapat memilih untuk menyerang atau bertahan dengan melintasi sebuah “tombol” bersimbol pedang atau perisai. Simbol pedang mengaktifkan senapan mesin, sementara simbol perisai mengaktifkan asap atau oli. Dalam balapan tahap dua, Ames dan Joe harus berhadapan dengan “boss” raksasa, yakni sebuah truk besar dengan persenjataan ekstra lengkap. “Now that’s entertaiment”, mengutip kata-kata Coach.
Selain aksi balapnya bisa dibilang tidak ada yang menonjol dalam filmnya. Setting lokasi balapan di areal gudang dan pabrik (seperti suasana pelabuhan) memang cocok dengan jenis balapannya namun sayang tidak ada alternatif trek balap lainnya. Hal yang sama juga tampak pada para kastingnya. Jason Statham sepertinya telah terjebak dalam peran sebagai seorang pengemudi handal seperti sebelumnya dalam The Italian Job serta seri The Transporter. Setelah Fast & Furious 2 dan Death Race, bisa jadi Gibson pun menyusul Statham. Sementara Joan Allen bermain dingin, Ian McShane mampu mencuri perhatian (telinga) dengan suara serak yang khas sebagai Coach, sang mekanik.
Sebelum menonton sepertinya tidak banyak yang diharapkan dari filmnya (sudah tampak dari judulnya) namun ternyata Death Race tidak seburuk yang dibayangkan. Jika anda mencari film aksi yang sarat dengan aksi tembak-menembak atau aksi kejar-mengejar mobil yang sangat seru, Death Race adalah jawabnya. Film ini mampu mengkombinasi dua jenis aksi tersebut dengan prima dan menyajikan sebuah tontonan yang menghibur. Unsur dramatik (cerita yang bermutu) memang bukan menu utama dan secara kualitas film ini juga masih dibawah film aslinya (Death Race 2000). Don’t bother… Let the race begin and enjoy the show! (B-)
Aksi Seru Ala Video Game dalam Death Race
11 September 2008,
Pada era 50 dan 60-an produser dan sineas Roger Corman dikenal melalui film-film horor serta aksi kelas B-nya hingga ia dijuluki “King of B-Movies”. Kini Corman kembali sebagai produser memproduksi Death Race (2008), yang diinspirasi dari film yang juga produksinya, Death Race 2000 (1975). Film ini diarahkan oleh Paul W.S. Anderson yang sebelumnya mengarahkan film-film “video game” populer seperti, Alien vs Predator (2004), Resident Evil (2002), hingga Mortal Kombat (1995). Film ini dibintangi aktor laga, Jason Statham, serta beberapa nama tenar, seperti Tyrese Gibson, Joan Allen, serta Ian McShane.
Label:
Editor's Older Review
Kehadiran “Montase” ditimbang perlu di tengah pergulatan sinema Indonesia menemukan jati dirinya. Wacana seputar sinema kemudian menjadi sebentuk perhatian bagi “Montase” untuk menawarkan cara pandang alternatif atas sinema. Kajian komprehensif semacam ini diharapkan mampu membangun hubungan berkesinambungan antara sineas sebagai pelaku aktif dan penonton maupun pemerhati sinema sebagai pelaku pasif yang akhirnya bermuara pada perkembangan penting jagad sinema di tanah air.
Sasaran “Montase” adalah pelajar, mahasiswa, maupun umum. Segmentasi pasar tersebut kemudian terbagi lagi menjadi dua kategori, yaitu para pecinta maupun pemerhati sinema.
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
1 comment:
salut buat editor atas ulasannya,saya setuju setelah melihat beberapa film dari induk video game baru kali ini saya merasa seperti main game aja di film ini atau lebih tepatnya pas banget cara memvisualisasikan dari videogame ke layar lebar.
Post a Comment