Home

Get Married di Tengah Serbuan Hantu

Ditengah serbuan “hantu-hantu” di bioskop-bioskop kita, Get Married datang memberikan nuansa cerah dan menghibur dengan tema komedi percintaan. Sang sutradara, Hanung Bramantyo mampu membawakan filmnya sesuai dengan realita sosial yang ada di tengah kita. Hasilnya film ini cukup mendapat sambutan hangat dan terbukti belum genap satu bulan pemutarannya, Get Married sudah ditonton lebih dari 700 ribu orang.

Get Married dibintangi Nirina Zubir yang berperan sebagai cewek tomboy bernama May serta ketiga sahabatnya sejak kecil, yakni Beni (Ringgo Agus Rahman), Guntoro (Desta Club Eighties), Eman (Aming). Mereka berempat adalah pemuda-pemudi pengangguran di pinggir kota Jakarta yang putus asa karena tidak mampu meraih apa yang mereka cita-citakan. Suatu ketika orang tua May, Pak Mardi (Jaja Mihardja) dan Istrinya (Meriam Bellina) ingin mencarikan jodoh untuk putrinya. Satu per satu calon datang untuk memperkenalkan diri namun tidak ada yang berkenan di hati May, kecuali seorang pemuda kaya bernama Randy. Namun karena kesalahpahaman Randy malah menjadi korban keroyokan teman-teman May. Mendadak ibu May sakit dan segera menginginkan putrinya untuk menikah. Karena belum mendapat calon juga maka May terpaksa memilih Beni. Saat pernikahan, Randy bersama kelompoknya menyerbu kampung bersama geng motornya. Pernikahan batal dan May pun ikut tawuran bersama warga lainnya. Ditengah situasi panas, Randy bertemu May dan mereka akhirnya sepakat menikah.

Terlepas dari adegan-adegan aksi serta dialog konyol yang mengundang tawa, cerita film ini sedikit memiliki kejanggalan. Kejanggalan pertama adalah perubahan sikap Beni, Guntoro, dan Eman terhadap May. Di awal cerita mereka bertiga berusaha merebut perhatian May saat ia sedang dirawat di rumah sakit serta saat perkelahian mereka dengan seorang pemuda bertubuh kekar. Namun justru ketika May menawarkan siapa yang ingin menjadi calonnya mereka malah berubah sikap. Sesaat sebelum pernikahan Beni sempat berujar, “Gara-gara Guntoro sama Eman sakit, jadinya gua yang ketiban sial. (menikahi May)”. Dalam cerita tak tergambar dengan jelas alasan perubahan sikap mereka, apakah atas dasar setia kawan, atau lainnya. Kejanggalan kedua terkait dengan Randy yang serta merta menyambani May hanya karena ia bosan dengan para wanita yang mengejarnya. Dan tanpa diduga May pun ternyata menyukai pemuda yang baru saja ditemuinya tersebut. Juga Randy yang konon selama ini studi di Amerika ternyata memiliki rekan-rekan pemuda kompleks (perumahan elit) yang suka tawuran dan begitu solid layaknya pemuda kampung.

Terlepas dari segala kelemahan tersebut, film ini mampu mengetengahkan realita sosial kita dengan kemasan yang lebih segar dari film-film kita sebelumnya. Film ini banyak memotret kondisi sosial masyarakat bawah ibukota yakni, masalah pengangguran, populasi penduduk, korupsi, kesenjangan ekonomi, budaya tidak tepat waktu, serta budaya hukum rimba yang selalu bertindak tanpa dipikir. Setidaknya film ini dapat menjadi cermin bagi kita agar lebih menyadari betapa buruknya moral bangsa kita. Untuk sebuah film komedi, Get Married cukup berhasil menghibur para pecinta sinema Indonesia, khususnya kalangan remaja.

Viantari

No comments:

Post a Comment