Ditengah serbuan “hantu-hantu” di bioskop-bioskop kita, Get Married datang memberikan nuansa cerah dan menghibur dengan tema komedi percintaan. Sang sutradara, Hanung Bramantyo mampu membawakan filmnya sesuai dengan realita sosial yang ada di tengah kita. Hasilnya film ini cukup mendapat sambutan hangat dan terbukti belum genap satu bulan pemutarannya, Get Married sudah ditonton lebih dari 700 ribu orang.
Terlepas dari adegan-adegan aksi serta dialog konyol yang mengundang tawa, cerita film ini sedikit memiliki kejanggalan. Kejanggalan pertama adalah perubahan sikap Beni, Guntoro, dan Eman terhadap May. Di awal cerita mereka bertiga berusaha merebut perhatian May saat ia sedang dirawat di rumah sakit serta saat perkelahian mereka dengan seorang pemuda bertubuh kekar. Namun justru ketika May menawarkan siapa yang ingin menjadi calonnya mereka malah berubah sikap. Sesaat sebelum pernikahan Beni sempat berujar, “Gara-gara Guntoro sama Eman sakit, jadinya gua yang ketiban sial. (menikahi May)”. Dalam cerita tak tergambar dengan jelas alasan perubahan sikap mereka, apakah atas dasar setia kawan, atau lainnya. Kejanggalan kedua terkait dengan Randy yang serta merta menyambani May hanya karena ia bosan dengan para wanita yang mengejarnya. Dan tanpa diduga May pun ternyata menyukai pemuda yang baru saja ditemuinya tersebut. Juga Randy yang konon selama ini studi di Amerika ternyata memiliki rekan-rekan pemuda kompleks (perumahan elit) yang suka tawuran dan begitu solid layaknya pemuda kampung.
Terlepas dari segala kelemahan tersebut, film ini mampu mengetengahkan realita sosial kita dengan kemasan yang lebih segar dari film-film kita sebelumnya. Film ini banyak memotret kondisi sosial masyarakat bawah ibukota yakni, masalah pengangguran, populasi penduduk, korupsi, kesenjangan ekonomi, budaya tidak tepat waktu, serta budaya hukum rimba yang selalu bertindak tanpa dipikir. Setidaknya film ini dapat menjadi cermin bagi kita agar lebih menyadari betapa buruknya moral bangsa kita. Untuk sebuah film komedi, Get Married cukup berhasil menghibur para pecinta sinema Indonesia, khususnya kalangan remaja.
Viantari
No comments:
Post a Comment