8 Februari 2012
Sutradara: Måns Mårlind / Björn SteinProduser: Tom Rossenberg / Gary Lucchesi / Len Wiseman / Richard Wright
Penulis Naskah: Len Wiseman / John Hlavin / J. Michael Straczynski / Allison Burnett
Pemain: Kate Beckinsale / Sandrine Holt / Stephen Rea / Theo James / Michael Ealy
Sinematografi : Scott Kevan
Editing: John Hantzmont
Ilustrasi Musik: Paul Haslinger
Studio: Lakeshore Entertainment / Skecth Films
Distributor: Screen Gems
Durasi: 88 menit
Bujet: $70 juta
Distributor: Screen Gems
Durasi: 88 menit
Bujet: $70 juta
Sukses seri-seri sebelumnya, Underworld (2003), Underworld: Evolution (2006), Underworld: Rise of the Lycans (2009), rasanya yang memicu produksi seri keempatnya ini walau sebenarnya tak sesukses yang diharapkan. Setelah seri ketiga yang merupakan prekuel dari dua seri sebelumnya, seri keempat kali ini merupakan sekuel dari seri keduanya. Untuk me-refresh kembali penonton lama dan kompromi dengan penonton baru, pada pembuka filmnya ditampilkan kilasan dua seri awalnya. Tampak sekali cerita sekuel kali ini dipaksakan. Selene dan Michael, di akhir seri kedua telah menjadi “dewa dan dewi” bagi kaumnya, Vampire dan Werewolf super. Lantas mau kemana lagi kisahnya?
.Setelah happy ending bagi Selene dan Michael, dikisahkan manusia memburu dan memusnahkan ras vampir dan lycans yang mengancam mereka. Di awal film, Selene harus bersusah payah untuk menghalau manusia yang menghalangi jalannya. Selene dan Michael yang sudah demikian kuat ternyata masih kalah. Dua belas tahun kemudian, Selene terbangun dan mendapati dirinya di sebuah lab misterius, setelah bentrok para penjaga, ia pun keluar dari lab. Ia kini memiliki kemampuan supernatural untuk melihat apa yang dilihat seseorang yang ia pikir Michael. Setelah beberapa waktu barulah ia mengetahui bahwa visi yang ia lihat ternyata bukanlah dari Michael. Setelahnya, plot berjalan tanpa henti, pengejaran demi pengejaran, dan non stop aksi hingga akhir filmnya. Melelahkan? Tidak juga. Fans Selene pasti menikmati sekali perjalanan ini.
.
Jelas kedalaman cerita bukanlah sebuah tawaran dari kisahnya. Aksi yang stylish serta efek visual seperti seri-seri sebelumnya menjadi menu utama yang dijual ke penonton. Bicara soal aksi, sekuelnya kali ini lebih keras, sadis, dan berdarah dari sebelumnya. Memang tak sesadis yang kita bayangkan hanya tampak gaya aksinya tak konsisten jika dibandingkan seri-seri sebelumnya. Selene yang sudah demikian kuat dan cepat ternyata masih harus bergantung pada senjata api yang nyaris tak pernah lepas dari tangannya. “Buat apa menodongkan pistol, kamu bisa membunuhku kapan saja kamu mau”, ujar Detektif Sebastian pada Selene. Kata-kata yang membuat saya tertawa kecil. Mungkin Selene masih kurang percaya diri dengan kekuatannya sendiri.
.
Kate Beckinsale seperti biasa bermain dingin dan cool sebagai Selene, persis seperti dua seri awalnya. Tak ada akting, hanya berlari dan berlari, berkelahi, dan menembak. Sayang aktor Scott Speedman yang bermain sebagai Michael tak lagi mau bermain di sekuelnya kali ini. Karakter Michael sekalipun sering kali disebut namun nyaris tak pernah tampak. Mungkin naskahnya berjalan berbeda jika karakter Michael tampil dominan seperti dua seri awalnya.
.
Tak banyak yang ditawarkan dari seri Underworld kali ini. Plotnya jelas terlalu dipaksakan dan hingga ending kisahnya pun masih menyisakan pertanyaan yang bisa memicu sekuelnya lagi, jika film ini sukses. Konflik abadi antara ras vampir dan lycans yang menjadi tema utama tiga seri sebelumnya telah luntur di seri kali ini. Para sesepuh vampir dan lycans yang karismatik sudah binasa di masa lalu. Selene dan Michael telah menjadi sosok super tanpa tanding. Lalu mau seperti apa lagi kisahnya? (C)
No comments:
Post a Comment