20 Desember 2010
Narnia: Voyage of the Dawn Trader (2010)
Sutradara: Michael Apted
Produser: Mark Johnson / Andrew Adamson
Penulis Naskah: Christopher Marcus / C.S. Lewis (novel)
Pemain: Georgie Henley / Skandar Keyness / Liam Nesson (voice) / Simon Pegg (voice)
Ilustrasi Musik: David Arnold
Penata Kamera: Dante Spinotti
Editing: Rick Shaine
Studio: Fox 200 Pictures / Walden Media
Distributor: 20th Century Fox
Durasi: 115 menit
Bujet: $ 140 juta
Beberapa tahun setelah kejadian di seri kedua, Lucy (Henley) dan Edmund (Keyness) yang kini bertambah dewasa kini bersekolah di London. Sementara kedua kakak mereka, Harry dan Susan bersekolah di Amerika. Lucy dan Edmund mengeluhkan kehidupan keseharian mereka yang membosankan jauh dari masa-masa indah petualangan mereka di Narnia. Sampai suatu ketika mereka berkesempatan kembali masuk ke Narnia, kali bersama sepupu mereka Eustace (Will Poulter).
Seperti sebelumnya konon seri film Narnia hingga yang ketiga ini loyal dengan novelnya. Terlepas seperti apapun novelnya, hingga seri yang ketiga ini tidak menawarkan sesuatu yang istimewa. Baik novel maupun filmnya memang lebih ditujukan untuk anak-anak. Mereka yang bisa menikmati film ini lebih baik. Bagi penonton dewasa, bisa diibaratkan film ini berakhir sesaat film ini bermula, sama seperti dua seri sebelumnya. Kisah filmnya hanya mengusik kita di awal filmnya namun setelah tokoh-tokohnya melompat ke negeri Narnia, konflik yang ada setelahnya hanyalah menjemukan belaka. Membosankan. Boleh dibilang film ini sebenarnya tidak memiliki konflik selain konflik dalam diri karakternya masing-masing tanpa substansi cerita yang mendalam.
Berbeda dengan seri sebelumnya kali ini yang mencuri perhatian adalah karakter Eustace yang diperankan menawan oleh Will Poulter. Akting sang aktor cilik yang sinis dan menyebalkan justu mendapat tempat tersendiri ketimbang karakter Lucy, Edmund, hingga Kaspian. Boleh dibilang jika tak ada karakter ini film ini sama sekali tidak menghibur dari segi cerita.
Seri ketiga ini yang menggunakan format 3D jelas menawarkan pencapaian visual yang mengagumkan ketimbang dua seri sebelumnya. Separuh setting cerita yang berada di kapal dan lautan semakin mendukung efek 3D-nya. Pencapaian efek visual sangat menawan misalnya tampak pada lautan yang terbelah di pantai batas negeri Aslan. Efek visualnya sungguh-sungguh tampak nyata dan mengagumkan.
Narnia seri ketiga ini secara umum tidak menawarkan sesuatu yang baru selain efek 3D-nya. Sayang sekali, sebenarnya kisah filmnya memiliki potensi lebih untuk digali lebih dalam. Sosok singa bijak, Aslan sebenarnya bisa disandingkan dengan sosok Gandalf atau Yoda jika kisahnya digarap lebih dalam. Seri Narnia memang berbeda dengan seri Harry Potter atau Lord of the Ring, film ini semata-mata hanyalah film anak-anak. Go on enjoy the movie kids! (C)
Narnia: Voyage of the Dawn Trader (2010)
Sutradara: Michael Apted
Produser: Mark Johnson / Andrew Adamson
Penulis Naskah: Christopher Marcus / C.S. Lewis (novel)
Pemain: Georgie Henley / Skandar Keyness / Liam Nesson (voice) / Simon Pegg (voice)
Ilustrasi Musik: David Arnold
Penata Kamera: Dante Spinotti
Editing: Rick Shaine
Studio: Fox 200 Pictures / Walden Media
Distributor: 20th Century Fox
Durasi: 115 menit
Bujet: $ 140 juta
Beberapa tahun setelah kejadian di seri kedua, Lucy (Henley) dan Edmund (Keyness) yang kini bertambah dewasa kini bersekolah di London. Sementara kedua kakak mereka, Harry dan Susan bersekolah di Amerika. Lucy dan Edmund mengeluhkan kehidupan keseharian mereka yang membosankan jauh dari masa-masa indah petualangan mereka di Narnia. Sampai suatu ketika mereka berkesempatan kembali masuk ke Narnia, kali bersama sepupu mereka Eustace (Will Poulter).
Seperti sebelumnya konon seri film Narnia hingga yang ketiga ini loyal dengan novelnya. Terlepas seperti apapun novelnya, hingga seri yang ketiga ini tidak menawarkan sesuatu yang istimewa. Baik novel maupun filmnya memang lebih ditujukan untuk anak-anak. Mereka yang bisa menikmati film ini lebih baik. Bagi penonton dewasa, bisa diibaratkan film ini berakhir sesaat film ini bermula, sama seperti dua seri sebelumnya. Kisah filmnya hanya mengusik kita di awal filmnya namun setelah tokoh-tokohnya melompat ke negeri Narnia, konflik yang ada setelahnya hanyalah menjemukan belaka. Membosankan. Boleh dibilang film ini sebenarnya tidak memiliki konflik selain konflik dalam diri karakternya masing-masing tanpa substansi cerita yang mendalam.
Berbeda dengan seri sebelumnya kali ini yang mencuri perhatian adalah karakter Eustace yang diperankan menawan oleh Will Poulter. Akting sang aktor cilik yang sinis dan menyebalkan justu mendapat tempat tersendiri ketimbang karakter Lucy, Edmund, hingga Kaspian. Boleh dibilang jika tak ada karakter ini film ini sama sekali tidak menghibur dari segi cerita.
Seri ketiga ini yang menggunakan format 3D jelas menawarkan pencapaian visual yang mengagumkan ketimbang dua seri sebelumnya. Separuh setting cerita yang berada di kapal dan lautan semakin mendukung efek 3D-nya. Pencapaian efek visual sangat menawan misalnya tampak pada lautan yang terbelah di pantai batas negeri Aslan. Efek visualnya sungguh-sungguh tampak nyata dan mengagumkan.
Narnia seri ketiga ini secara umum tidak menawarkan sesuatu yang baru selain efek 3D-nya. Sayang sekali, sebenarnya kisah filmnya memiliki potensi lebih untuk digali lebih dalam. Sosok singa bijak, Aslan sebenarnya bisa disandingkan dengan sosok Gandalf atau Yoda jika kisahnya digarap lebih dalam. Seri Narnia memang berbeda dengan seri Harry Potter atau Lord of the Ring, film ini semata-mata hanyalah film anak-anak. Go on enjoy the movie kids! (C)
No comments:
Post a Comment