Edge of Darkness adalah film detektif yang digarap sineas kawakan Martin Campbel. Campbel seperti kita tahu telah menggarap film-film aksi petualangan sukses seperti Mask of Zorro (1998), Vertical Limit (2000), serta film-film James Bond, Golden Eye (1995) dan Casino Royale (2006). Film ini juga dibintangi aktor kawakan Mel Gibson serta Ray Winston.
Thomas Craven (Gibson) adalah seorang detektif di kepolisian kota Boston. Putri satu-satunya, Emma Craven yang bekerja di kota tetangga suatu ketika mengunjunginya. Malamnya Emma mengeluh sakit namun ketika mereka akan ke rumah sakit mendadak seorang misterius menembak sang putri dengan brutal hingga tewas. Thomas yang amat berduka awalnya menduga tembakan itu ditujukan untuk dirinya. Dalam penyelidikan Thomas ternyata menemukan fakta lain mengenai Emma terkait perusahaan dimana sang putri bekerja. Thomas lambat laun menyadari kasus yang diselidiknya ternyata menyangkut masalah keamanan nasional yang sangat rahasia.
Dari gambar poster, judul, pemain, hingga sineasnya, sebagian besar orang pasti mengira film ini adalah film aksi murni. Sejak belasan menit pertama plot filmnya seolah mengarah ke plot “balas dendam” mirip dengan plot film Gibson lainnya, Payback. Namun ternyata semuanya salah besar, film ini sama sekali bukan film aksi namun adalah film drama-detektif. Penyelidikan kasus serta bagaimana sang ayah menghadapi trauma kehilangan anaknya menjadi penekanan cerita filmnya. Tempo cerita berjalan lambat dan seperti genre detektif lazimnya cerita semakin lama semakin bertambah membingungkan dan misterius. Namun plot sejenis ini sudah bukan hal yang unik lagi. Bagi penggemar film fanatik, plot filmnya pasti tidaklah sulit untuk diduga hingga klimaks filmnya. Tidak ada kejutan sama sekali.
Kepiawaian Campbel mengolah adegan aksi jelas tidak tampak dalam film ini. Sungguh menarik melihat Campbel bermain di wilayah genre yang bukan menjadi favoritnya. Secara teknis Campbel menyajikan film ini sesuai level kelas sang sineas. Sisi sinematografi menjadi salah satu nilai lebih film ini terutama melalui komposisi gambar yang kuat. Gibson sendiri seperti biasa bermain baik dalam perannya memerankan sang ayah yang gelisah, sedikit banyak mengingatkan perannya dalam Ransom. Satu pemain yang menarik perhatian sekalipun tidak banyak muncul adalah Ray Winston yang bermain sebagai Jedburg si “problem solver” karismatik yang tengah mengalami konflik batin.
Edge of Darkness sebagai film detektif memiliki alur cerita yang sudah banyak kita temui dalam film-film lainnya. Penonton yang mengharapkan film aksi jelas pasti akan kecewa berat karena minimnya adegan aksi. Mel Gibson yang jarang bermain dalam film-film buruk jelas adalah sosok pemain yang dijual dan diharapkan mampu menyedot penonton. Apakah berhasil (sukses komersil)? Sepertinya tidak. Penonton kebanyakan pasti mengharapkan Gibson bermain brutal dan sadis seperti dalam Payback plus aksi-aksi seru khas Campbel. Edge of Darkness tidak menakutkan seperti yang kita bayangkan sewaktu melihat judul dan poster filmnya. (C+)
No comments:
Post a Comment