Home

Bangkok Dangerous, Eksotika Negeri Asing yang Gagal

12 September 2008,
Setelah tahun lalu gagal komersil melalui The Messengers (2007), duo sineas kembar asal Hong Kong, Oxide dan Danny Pang rupanya masih dipercaya untuk memproduksi film Amerika mereka berikutnya, Bangkok Dangerous. Film ini merupakan remake dari film berjudul sama yang diproduksi tahun 1999 yang juga diarahkan oleh mereka. Film ini dibintangi oleh aktor kenamaan Nicholas Cage yang menjadi satu-satunya tokoh “orang barat” yang bermain di film ini. Selain Cage, ikut pula bermain aktris Hong-Kong, Charlie Yeung serta aktor lokal, Shahkrit Yamnarm.


Alkisah Joe (Cage) adalah seorang pembunuh bayaran profesional yang lebih banyak hidup menyendiri. Merasa lelah ia berniat mundur dari profesinya setelah menyelesaikan sebuah pekerjaan dengan bayaran besar di Bangkok. Ia mendapatkan tugas untuk membunuh empat orang yang dilakukannya satu demi satu. Joe kemudian merekrut pemuda lokal, Kong (Yamnarm) untuk membantu tugasnya. Tugas demi tugas diselesaikannya dengan baik hingga ia bertemu seorang gadis lokal, Fon (Yeung) dan jatuh hati padanya.

Tak ada yang istimewa dari plotnya dan rasanya sudah ada puluhan judul film yang memiliki alur cerita sejenis. Plotnya sedikit banyak mengingatkan pada film aksi Hong-Kong, The Killer (1991) arahan John Woo. Ya, memang cinta bisa merubah segalanya, baik menjadi jahat, atau sebaliknya yang jahat menjadi baik, it’s not wrong… but nothing special about it…. Alur cerita film ini secara keseluruhan terlalu sederhana dan mudah ditebak. Juga seperti film-film aksi Hongkong umumnya, film ini memiliki banyak kelemahan motif cerita. Satu hal misalnya, sang bos Surat (Nirattisai Kaljaruek) sama sekali tidak tampak seperti “mafia” berpengaruh di Bangkok padahal empat orang target Joe semuanya berasal darinya. Tidak dijelaskan mengapa Surat harus bersusah payah menyewa pembunuh bayaran sekaliber Joe jika anak buahnya sendiri bisa melakukannya? Bukankah merekrut orang asing justru malah menarik perhatian? Bahkan Joe pun melakukan tugasnya dengan gaya “mafia” (kasar), tidak halus seperti tugas sebelumnya (adegan pembuka film). Informasi latar cerita sedikit saja sepertinya sudah cukup membantu hingga alur plot keseluruhan tidak terkesan terlalu dicari-cari.

Pang Bersaudara sendiri mengemas filmnya dengan gaya yang cukup unik. Gambar tampak sedikit kontras dan “buram”, juga penggunaan cahaya yang kontras antara gelap dan terang (low-key lighting) cukup pas menggambarkan tema filmnya yang gelap (dunia kriminal). Hal ini juga didukung oleh lebih dari separuh filmnya mengambil waktu pada malam hari. Sang sineas juga tampak berusaha (walau masih minim) membawa kita untuk mengikuti sebuah tur yang mengenalkan kita pada budaya lokal, seperti dunia hiburan malam di kota Bangkok, pertandingan Thai Boxing, pasar terapung, serta lokasi-lokasi eksotis lainnya. Lalu bagaimana adegan aksinya? Sebelum menonton filmnya, kita pasti mengharapkan adegan baku tembak a la film-film Hong Kong lazimnya, namun nyatanya tidak. Adegan-adegan aksinya jutru sangat minim dan penyajiannya pun cenderung realistik tanpa aksi gila-gilaan (ledakan dan sebagainya). Hal ini memang tidak terlalu bermasalah dan rasanya malah pas dengan tempo plotnya yang lambat Tercatat adegan aksi paling atraktif adalah kejar-mengejar perahu motor di pasar terapung. Adegan-adegan aksinya tersebut nyaris semua ditampilkan menggunakan shot-shot “dekat” dan sangat jarang menggunakan shot-shot jauh hingga memperlihatkan setting yang lebih luas (mungkin untuk menghemat bujet produksi). Sementara penampilan Cage sendiri tidak istimewa dan perannya memang tidak memungkinkannya untuk bisa berakting maksimal. Hal yang sama terjadi pada para pemain lainnya.

Bangkok Dangerous pasti banyak membuat kecewa para penonton yang terutama berharap pada adegan-adegan aksinya. Sementara unsur dramanya sendiri juga tidak banyak membantu karena formula cerita yang basi dan alur yang mudah ditebak. Nilai lebih filmnya adalah kita mampu dibawa menikmati suasana Kota Bangkok yang eksotis walau hanya sekilas. Sedikit komentar untuk ending-nya, mengapa orang mau melihat filmnya jika akhir filmnya seperti itu? So silly… (C-)

No comments:

Post a Comment