Life of Pi


Memaknai Agama dan Tuhan

3 Desember 2012

Sutradara: Ang Lee
Produser: Ang Lee
Penulis Naskah: David Magee / Yann Martel (Novel)
Pemain:  Suraj Sharma / Irfan Khan / Rafe Spall
Sinematografi : Claudio Miranda
Editing: Tim Squyres
Ilustrasi Musik: Mychael Danna
Studio: Fox 2000 Pictures / Rhythm & Hues
Distributor: 20th Century Fox
Durasi: 127 menit
Bujet: $120 juta

Tak banyak film yang mampu mencapai keseimbangan antara kekuatan bahasa sinematik dengan kedalaman tema. Life of Pi adalah salah satu pencapaian langka yang boleh dibilang sempurna. Life of Pi mengisahkan perjalanan hidup seorang laki-laki muda bernama Piscine Molitor Patel atau “Pi” (Suraj) yang sejak kecil memiliki rasa keingintahuan dan penasaran terhadap sosok Tuhan. Ayah Pi adalah pemilik sebuah kebun binatang kecil di India. Suatu ketika ayah Pi menutup kebun binatang dan berlayar ke Kanada dengan membawa serta seluruh binatang milik mereka untuk dijual. Topan badai menenggelamkan kapal bersama seluruh isinya hanya menyisakan Pi yang selamat dengan sekocinya. Belakangan Pi menyadari jika seekor Harimau Bengal bernama Richard Parker, juga berada dalam sekoci. Pi tidak hanya harus bertahan hidup melawan lautan yang kejam namun juga dari sang harimau.


Gelagat kekuatan gambar serta efek 3D sudah mulai tampak sejak opening title sequence yang memperlihatkan satu demi satu binatang-binatang di kebun binatang milik ayah Pi melalui komposisi yang mengesankan. Mengakhiri sequence justru karakter utama, Richard Parker hanya ditampilkan melalui pantulan bayangan di air. Kekuatan efek 3D tampak terasa sekali sejak Pi terdampar di lautan, catat saja scene munculnya sang harimau yang dijamin bakal membuat Anda menjerit dan meloncat dari tempat duduk! Kisahnya yang menghanyutkan sekaligus menegangkan membuat efek 3D benar-benar membaur dan larut dalam filmnya. Efek 3D bersama tone gambar filmnya yang penuh warna mampu membuat penonton terkesima hingga kita terbuai dalam imaginasi bak alam mimpi. Dan nyatanya memang ini yang diharapkan dari filmnya.

Nuansa religius sudah terasa sejak awal kisah filmnya. Pi kecil mencoba menganut berbagai macam aliran kepercayaan, Hindu, Katolik, serta Islam, dan anehnya ia menemui kedamaian pada masing-masing kepercayaan tersebut. Sementara ayahnya mengajarkannya untuk menggunakan akal dan logika. Temanya: Esensi semua agama adalah sama? Tidak. Film ini sama sekali tidak berbicara masalah ini. Life of Pi tidak mencoba mengungkap atau membenarkan sebuah aliran kepercayaan atau bahkan membincangkan konsep Tuhan namun bagaimana persepsi serta penafsiran manusia terhadap kisah atau mitos kepercayaan tersebut. Sebuah tradisi yang dikisahkan secara turun-temurun yang belum jelas bukti otentiknya bisa menjadi realita atau bisa pula khayalan. Nuansa ambigu pada ending filmnya menjawab sikap serta pandangan manusia terhadap konsep Tuhan. Which one do you believe? Semua tergantung sikap dan penafsiran Anda. Ada yang percaya dan ada yang tidak.

Life of Pi dengan gayanya yang elegan mencoba memaknai hakikat agama dan Tuhan melalui kisah yang sangat menyentuh dan segar. Kekuatan “bercerita” (story telling) menjadi tema sekaligus kekuatan unsur cerita dan sinematik filmnya. Rasanya ini adalah sebuah pencapaian baru dalam dunia film. Nominasi Oscar untuk best picture sepertinya sudah ditangan dan untuk meraih Oscar pun sama sekali bukan mimpi. (A)

No comments: