Menebus Impian,

Mencari Makna Kebahagian

Menebus Impian adalah film drama yang dirilis pada bulan April lalu. Film yang diproduksi oleh Dapur Film ini disutradarai oleh Hanung Bramantyo yang sebelumnya telah memproduksi film-film sukses seperti Ayat-Ayat Cinta, Get Married dan sekuelnya. Film ini diperankan oleh bintang-bintang muda seperti, Acha Septiasa, Ayu Diah Pashya, Fedi Nuril dan beberapa aktor-aktris lainnya.

Cerita dimulai dengan kisah Nur (Acha Septiasa) dan ibunya, Sekar (Ayu Diah Pashya) yang tinggal di sebuah pemukiman sempit dan kumuh. Ibu Nur adalah seorang buruh cuci. Sedangkan sang ayah pergi meninggalkan mereka sejak Nur kecil. Biaya kuliah yang semakin besar memaksa Nur untuk mencari pekerjaan untuk bisa meringankan beban sang ibu. Suatu kali ia bertemu dengan seorang pemuda bernama Dian (Fedi Nuril). Dian adalah seorang mahasiswa yang menggeluti bisnis MLM dan ia berusaha mengajak Nur untuk ikut dalam bisnis tersebut. Hubungan mereka lambat laun semakin dekat dari hari ke hari. Tak disangka-sangka sang ibu terserang penyakit serius dan harus dioperasi dan Nur bingung harus mencari biaya kemana.
Inti cerita filmnya sederhana, bagaimana seseorang yang miskin materi kemudian bisa meraih sukses besar (melalui bisnis MLM). Masalah paling utama filmnya adalah kedangkalan tema. Film ini mencoba bicara soal penderitaan dengan memunculkan beragam masalah yang dihadapi keluarga Nur. Masalah-masalah tersebut tampak sekali dicari-cari tanpa mencoba mendalami konflik dari masalah tersebut. Masalahnya hanya terkesan kompleks namun tidak menyentuh akar permasalahan sama sekali. Apakah kebahagiaan semata-mata akhirnya hanya diukur oleh materi?

Kedangkalan karakter Nur menjadi masalah utama cerita film ini. Sineas kurang sekali memperlihatkan konflik batin karakter ini terutama ketika ia menghadapi masalah-masalahnya. Tidak tampak perubahan sikap yang berarti pada diri Nur sebagai buah dari penderitaan yang telah ia alami. Trauma cilik ketika sang ayah meninggalkan ia dan ibunya yang disajikan begitu tegas dengan kilas-balik tidak menampakkan trauma yang mendalam pada diri Nur ketika ia dewasa. Kisah cinta antara Nur dan Dian juga tidak bisa menyentuh penonton karena berjalan dengan konflik yang datar dan disajikan kurang menarik. Masalah logika cerita juga seringkali tidak diperhatikan misalnya saja Nur yang tiba-tiba bisa mendapat mobil tanpa penjelasan yang memadai.

Masalah lain adalah masalah akting Nur sebagai tokoh utama yang terlihat sangat datar. Aktingnya tidak mampu membuat penonton ikut bersimpati jika Nur benar-benar menderita. Pencapaian terbilang lumayan adalah setting di lingkungan kumuh dan sempit yang terlihat realistik dan cukup meyakinkan mendukung status sosial keluarga Nur. Menebus Impian merujuk pada cerita Nur yang menuliskan impiannya ke dalam sebuah buku kecil. Namun sayangnya film ini tidak cukup menggambarkan sebuah impian yang kuat dari Nur dan bagaimana ia berusaha menebus impian tersebut. Kebahagiaan menurut Nur (dengan segala penderitaan hebat yang dialaminya) ternyata hanya identik dengan sebuah mobil yang sifatnya materi tanpa mencoba mendalami makna dari penderitaan itu sendiri.

Agustinus Dwi Nugroho

No comments: