Alangkah Lucunya (Negri ini),

Alangkah Lucunya (Film ini)

Alangkah Lucunya (Negeri ini) adalah film drama yang digarap oleh sineas kawakan kita, Dedi Mizwar yang juga turut bermain dalam filmnya. Film ini juga diperankan oleh Reza Rahardian, Tio Pakusadewo, serta beberapa aktor senior seperti Slamet Rahardjo dan Jaja Miharja. Selain aktor senior beberapa aktor cilik pun juga ikut meramaikan filmnya.

Muluk (Rahardian) adalah seorang sarjana ekonomi yang dikisahkan tengah kesulitan mencari pekerjaan. Suatu ketika ia bertemu dengan seorang pencopet cilik dan ia lalu terinspirasi untuk memberdayakan para pencopet cilik tersebut dengan ilmu yang ia miliki. Harapannya kelak agar para pencopet tersebut berhenti mencopet dan beralih profesi menjadi pedagang asongan bermodalkan uang hasil mencopet. Mayoritas pencopet adalah anak-anak yang tidak pernah sekolah dan mereka dikelola oleh seorang preman bernama Jarot (Pakusadewo). Setelah mendapat ijin Jarot, Muluk mulai melaksanakan niatnya dan bahkan mengajak rekan-rekannya. Aksi Muluk ternyata tidak diketahui oleh ayahnya (Mizwar). Sepengetahuan sang ayah, putranya bekerja di sebuah kantor bidang pemberdayaan sumber daya manusia.

Tema yang diangkat film ini adalah masalah kemiskinan serta dampaknya. Fokus cerita adalah anak-anak jalanan yang terlantar dan akhirnya terpaksa menjadi pencopet. Tema yang cukup unik dalam dunia perfilman kita. Motif cerita menjadi masalah utama ceritanya. Cerita filmnya benar-benar terlihat lucu dan tak masuk akal. Satu contoh yang paling jelas tampak terlihat pada penyelesaian masalahnya. Mengapa sejak awal Muluk tak berpikir panjang dan memperhitungkan resiko jika tindakannya ini kelak bakal diketahui sang ayah? Dan lucunya lagi, setelah ayahnya tahu dan mempermasalahkan halal dan haram, Muluk mendadak memilih untuk tidak melanjutkan aksinya setelah semua usaha keras yang ia lakukan. Bukankah menelantarkan anak-anak tersebut juga merupakan suatu tindakan tidak terpuji?

Pencapaian teknis yang terasa sekali menggangu adalah tata suara. Pada banyak adegan dialog tidak terlihat sama sekali perspektif suara (jauh dekat). Seperti pada adegan di pasar misalnya, suara yang ada di kejauhan dan dekat suaranya terdengar sama volumenya. Ilustrasi musiknya pun juga seringkali kurang menyatu dengan adegan dalam filmnya dan seringkali terpenggal. Pencapaian yang terbilang cukup lumayan adalah akting para pemain cilik yang natural sebagai anak-anak jalanan tidak kalah dengan aktor-aktor senior. Sineas juga mampu membangun karakter para pencopet cilik dengan menarik dan memiliki keunikan masing-masing.

Sineas dalam film ini sepertinya mencoba menggambarkan betapa lucunya negeri ini namun sayangnya sineas mengabaikan aspek logika naratif sebuah film. Melalui film ini sineas mencoba mengkritik pemerintah supaya lebih peduli terhadap anak-anak jalanan yang terlantar, tidak bisa sekolah dan terpaksa mencopet. Namun film ini rasanya tidak memberi solusi yang tepat. Sineas juga menyinggung keras para koruptor di negeri ini. Mencuri sekecil apapun bentuknya tetap saja mencuri (haram).

Agustinus Dwi Nugroho

No comments: