Wawancara Produser dan Sineas Fiksi

Beberapa waktu lalu di kota Jogjakarta diadakan sebuah festival film bertaraf internasional, yakni Jogjakarta Asian Film Festival (JAFF Netpac). Beberapa film produksi kita juga diputar dalam ajang tersebut, salah satunya adalah Fiksi. Sutradara dan produsernya turut hadir dalam acara tersebut dan mereka juga tidak keberatan kami interview. Bertempat di V Art Gallery, Yogyakarta kami mengadakan wawancara ringan dengan Mouly Surya, sang sutradara, dan Parama Wirasmo (Rama) sebagai salah satu produser film Fiksi.



Mengapa Anda lebih memilih film fiksi sebagai debut produksi Cinesurya?

Rama:
Sejatinya jika memang film itu dilihat secara bisnis, pembuat film mengangkat selera pasar yang kini marak, namun lagi-lagi apakah itu menjadi jaminan film itu akan laris? Toh dengan mengikuti selera pasar yang juga masih gambling, mengapa kita tidak membuat film berbeda? Film yang ideal bagi pembuat film yang memang sejalan dengan keinginan kami, produser film, itu akan jadi portofolio yang baik bagi CineSurya sendiri.

Ketika film secara tidak langsung terwakili oleh ungkapan Judul untuk merepresentasikan karyanya, mengapa Anda memilih Fiksi sebagai Judul debutan filmnya? Apa yang ingin Anda sampaikan dalam kata Fiksi pada judulnya?
Mouly:
Saya memilih fiksi karena memang menarik dari sisi cerita, ada unsur realita dan unsur fiksinya, dan Fiksi bagi saya sebagai judul pun menarik perhatian

Banyak review yang mengatakan jika film Fiksi ini akan lebih banyak “berbicara” jika menggunakan teknik low-key lighting mengingat pendekatan cerita ini mengupas sisi gelap seorang Alisha, disana Anda justru memakai pewarnaan yang “tersier”. Apakah ini pilihan Anda dalam mencirikan representasi tokoh? Kamar Alisha tampak mewah sekali, sekalipun dalam tata artistik yang minimalis.
Mouly:
Karena dari awal saya sebenarnya ingin membuat film dengan kemasan yeng berbeda, apakah film yang mengupas sisi gelap seorang Alisha harus dipakai dengan teknik low-key lighting validnya? Banyak cara untuk mengungkapkan, dan saya memilih cara dengan kemasan seperti itu (saya sempat menanyainya kesamaan dengan film Shining (Stanley Kubrick) yang menggunakan high-key lighting padahal notabene filmnya adalah film horor)

Adapun untuk kamar Alisha jelas saya ingin menonjolkan Alisha dengan dunianya yang berbeda (karena sejatinya film ini pun terinsiprasi dari film Alice in Wonderland) dan juga menampilkan sisi indah di luar (penampilan) dan sisi gelap di dalamnya (jiwanya).

Kenapa sudut pengambilan kamera di ruangan Alisha berbeda-beda? Saya jadi sedikit terganggu, dimana posisi Alisha saat itu (sampai adegan selanjutnya yang menjelaskan bahwa Alisha masih ada di kamar yang sama), jadi penonton seolah berada di ruangan lain tidak berada pada satu ruangan. Apa yang ingin Anda capai?
Mouly:
Sebenarnya gak ada sih ya, saya hanya memudahkan pergerakan dan pengambilan gambar dari ruangan yang sempit.

Rama:
Bisa saja film ini dibuat di studio untuk memudahkan pergerakan kamera dan hal teknis lainnya, lagi-lagi ini akan kembali pada membengkaknya masalah finansial, kami pribadi sebelumnya memberitahu Mouly untuk sebebas-bebasnya berekpresi tanpa adanya tekanan-tekanan apapun, hanya saja tugas kamilah sebagai produser yang “mengerem” hal-hal apa saja yang mampu di-efesiensikan.

Sedikit saya menyesalkan dari beberapa review yang saya baca, seolah cerita dan aspek di dalamnya adalah karya yang lahir dari tangan Joko Anwar, bahkan ada yang menganggap Anda yang menerjemahkan karya Joko Anwar ke dalam bentuk film. Pertanyaan saya, sejauh mana kontribusi Joko Anwar dalam pengembangan cerita? Karena menurut saya pribadi, Anda bisa saja jadi penulis skenarionya, tanpa sosok Joko Anwar terlihat di mata penikmat film “mengintervensi” karya Anda (dalam hal cerita).
Memang begitu draft naskah selesai, saya harus men–sharing-kan ide ini, dan bagi saya, Joko Anwar adalah orang yang tepat untuk saya ajak brainstorming tentang naskah cerita film ini. Kalau dibilang dominan sekali sentuhan Joko Anwar di film ini. Ya jelas.. karena memang untuk itulah dia saya hire, dan bagi saya, dia orang yang tepat untuk memberikan “sentuhan-sentuhan” dalam naskah film Fiksi ini.

Secara tematik film Anda adalah film yang bisa dibilang di atas rata-rata dibandingkan film-film Indonesia lainnya, sayangnya banyak yang mengatakan Anda seperti bermain dalam area “nyaman” pada adegan tertentu, terutama pada adegan ending.
Mouly:
Sebenarnya jika ada yang beranggapan menutup cerita ini dengan ending dalam area yang “nyaman”, bisa dibilang tidak seperti itu ya.. karena sejatinya film Fiksi sejak dari scene-scene awal, penonton telah diberikan informasi secara implisit jika kelak tokoh Alisha itu akan mati.

Sampai sejauh mana film Fiksi sekarang beredar, yang saya tahu film ini masuk dalam official selection Pusan International Film Festival. Selanjutnya?
Rama:
Setelah distribusi untuk jaringan bioskop 21, dan Jogjakarta Asian Film Festival, berikutnya kami diundang untuk pemutaran di Pusan International film Festival

Siapa sutradara film yang banyak memberikan kontribusi perkembangan Anda sebagai filmmaker baik dari sisi kekaguman maupun dari pengaruhnya?
Mouly:
Bagi saya adalah Stanley Kubrick dan Almodovar, tapi Kubrick, bagi saya yang sedikit banyak mempengaruhi dan memberikan warna.

Definisi film bagus menurut Anda?
Mouly:
Film yang ketika selesai ditonton, tidak dilupakan begitu saja, akan terus diingat, dan pesan yang diinginkan pembuat filmnya tersampaikan.

Pertama kali saya duduk nyaman di ruang teater budaya sewaktu acara JAFF, saya tidak memiliki tendensi apapun tentang film ini, dan hanya mengisi kekosongan waktu, karena jujur saja saya sudah pesimis dengan film-film Indonesia akhir-akhir ini, namun setelah melihat Fiksi, saya masih menyimpan harapan film-film Indonesia yang lebih bermutu kedepannya.

Terima kasih karena sudah membuat film yang tidak biasa, saya tunggu karya-karya Anda setelah ini. 

Andrei Budiman

1 comment:

Anonymous said...

cheers !!! selamat kepada Mouly Surya, sang sutradara, dan Parama Wirasmo (Rama) sebagai salah satu produser film Fiksi.Atas keberhasilannya dalam ajang penghargaan FFI.Semoga kedepannya dapat berkarya lebih baik lagi.Mungkin lain waktu kita dapat berbincang lagi untuk mengupas karya -karya dari kalian.Terima kasih.