Safe JIFFest

Save JIFFest. Saya kaget membaca topik ini di twitter. Ada apa dengan JIFFest? Mengapa sampai ada gerakan ini? Rasanya perhelatan festival film internasional pertama di Indonesia dan salah satu yang terbesar di Asia Tenggara ini selalu menuai sukses dan mendapat sambutan hangat dari masyarakat. Cukup miris, ternyata festival film sekaliber JIFFest pun menghadapi masalah klasik krisis pendanaan.

Rencananya JIFFest yang memasuki tahun ke-12 akan diselenggarakan pada tanggal 27 November - 3 Desember 2010, tetapi hingga saat ini panitia masih kekurangan dana. Untuk menggelar sebuah perhelatan film akbar sebenarnya diperlukan dana minimal 5M, tetapi panitia mencoba menekannya hingga ke angka 2M. Angka ini ternyata belum juga dapat dipenuhi karena panitia masih membutuhkan kucuran dana 1.5M dari seluruh total dana yang diperlukan. Jika sampai awal November dana tidak terkumpul, siap-siap mengucapkan selamat tinggal untuk JIFFest tahun ini.

Selama ini sumber pendanaan utama JIFFest berasal dari bantuan donor asing. Bantuan ini harus berhenti di tahun ke-10 sehingga JIFFest harus mengandalkan bantuan pemerintah dan sponsor lokal. Fakta ini cukup menjelaskan mengapa JIFFest tahun kemarin hanya terpusat di satu bioskop dan hanya membuka 4 layar saja. Berbeda jauh dengan tahun awal kemunculan JIFFest yang mampu membuka sampai 11 layar di berbagai titik sentral kota Jakarta.

Sejak awal penyelenggaraannya, JIFFest telah membawa tak kurang dari 1500 judul film berkualitas dari 40 negara dan dihadiri oleh lebih dari 350 ribu orang. JIFFest tak hanya memuaskan penikmat film yang jenuh dengan drama tiga babak khas Hollywood atau penonton yang muak dengan film Indonesia bergenre komedi-horor-seks, JIFFest juga membuka cakrawala akan keragaman budaya, ide, gagasan, dan terobosan baru dari berbagai belahan dunia.
.
Tak hanya mengkhususkan diri memutar film dari penjuru dunia, JIFFest juga menggelar Kompetisi Film Panjang Indonesia sejak tahun 2006 untuk mencari bibit-bibit baru yang kompeten di dunia perfilman Indonesia. Kategori Sutradara Terbaik dan Film Terbaik yang diperebutkan setiap tahunnya ini juga merupakan bentuk apresiasi JIFFest terhadap sineas Indonesia. Kompetisi ini diharapkan dapat memacu sineas lain untuk menciptakan lebih banyak lagi film Indonesia yang berkualitas.

JIFFest pun loyal menggelar diskusi, workshop, dan master class dengan pembicara yang kompeten di bidangnya. Tak tanggung-tanggung, beberapa tamu khusus JIFFest juga didatangkan dari luar negeri untuk turut berpartisipasi dalam diskusi panel maupun master class. Tak heran rasanya jika kemudian JIFFest berhasil mencetak nama-nama seperti Salman Aristo (penulis skenario, Ayat-Ayat Cinta, Laskar Pelangi, Garuda di Dadaku) dan Lucky Kuswandi (sutradara, Madame X) yang mengawali karya mereka lewat festival film ini.

Biaya terbesar JIFFest dialokasikan untuk meminjam dan mendatangkan film dari luar negeri. Ini tidak diimbangi dengan pemasukan yang diperoleh dari penjualan tiket. Harga tiket JIFFest memang dijual di bawah harga pasaran bioskop umum, beberapa malah digelar secara free screening. Hal ini ditujukan agar publik dapat mengakses berbagai film bermutu dari berbagai negara, publik tidak akan mampu mengaksesnya jika harga tiket dijual sesuai dengan harga film yang diputar. Idealnya pendanaan JIFFest disokong melalui 30% sumbangan pemerintah, 30% dari Pemda, dan sisanya dari swasta. Pendiri JIFFest, Shanty Harmyn menyatakan selama 11 tahun JIFFest berlangsung nyaris tidak ada bantuan dana dari pemerintah. 'Pemerintah melihat JIFFest sebagai beban, bukan sebagai kesempatan', ungkapnya. Lebih lanjut, dalam jumpa pers 'Save Our JIFFest' di Galeri Cipta III TIM, Kamis (14/10) lalu, Shanty mengajak publik untuk berjuang bersama menyelamatkan JIFFest. Menggalang dana dari masyarakat berapa pun nominalnya agar festival ini dapat terselenggara.

Mari kita selamatkan JIFFest. Anda tidak perlu menjadi seorang pecinta film untuk ikut tergerak menyumbang. Anda tidak perlu bersikap acuh karena belum pernah menghadiri event ini. Anda hanya perlu sadar, bahwa JIFFest merupakan sebuah kegiatan budaya yang mendorong pemahaman terhadap keragaman dan perbedaan manusia. Bahwa Indonesia memiliki JIFFest yang dapat disejajarkan dengan berbagai festival film internasional lainnya.

Mari selamatkan JIFFest dan tunjukkan kepada pemerintah pentingnya event ini untuk Indonesia. Sebuah festival film bergengsi yang dijadikan ajang bertemunya filmmaker dari berbagai belahan negara, dimana para sineas Indonesia berbakat dapat menunjukkan denyut nadi perfilman Indonesia yang walau lemah tapi masih dapat bersaing di kancah internasional. Betapa publik selalu mengharapkan kehadiran JIFFest setiap tahunnya dan bagaimana JIFFest telah ikut serta dalam memajukan kualitas perfilman Indonesia.

Sebuah festival bisa bertahan lebih dari satu dekade berkat dukungan para penonton dan pendukung setianya, yaitu Anda semua. Dengan menyelamatkan JIFFest, Anda telah berperan serta dalam menyelamatkan Jakarta sebagai kota tempat kita semua hidup bersama untuk merayakan keragaman budaya dan manusianya. Untuk Anda yang tinggal di luar Jakarta tidak perlu berkecil hati karena ada JIFFest Traveling yang digelar di 6 kota besar di Indonesia.

Informasi lebih lanjut dapat mengirimkan email ke info@jiffest.org atau jiffest@gmail.com. Donasi dapat disumbangkan melalui:Yayasan Masyarakat Mandiri Film Indonesia BCA Percetakan NegaraNo Rekening 7420030091Bukti pembayaran dapat Anda kirimkan melalui alamat email di atas, atau fax ke 021-31925360.Untuk mengikuti perkembangan Save JIFFest dan menunjukkan dukungan, Anda dapat memantaunya lewat twitter dengan hashtag #savejiffest. Perlu diingat, yang dibutuhkan saat ini bukanlah dukungan atau retweet semata, bukan pula cecaran yang menyalahkan pemerintah, tetapi donasi yang Anda berikan.
JIFFest adalah milik kita bersama

Save Our JIFFest

Rossa K. Matari
Pecinta Film

No comments: