Pretty Woman

Kisah Cinderella dalam Kemasan Masa Kini

Tahun Rilis:  1990
Distributor : Touchtone Pictures
Sutradara : Garry Marshall
Produser : Laura Ziskin
Penulis Naskah : J.F. Lawton
Pemain : Richard Gere / Julia Roberts
Ilustrasi Musik : James Newton Howard
Sinematografi : Charles Minsky
Editing : Raja Gosnell / Pricillia Nedd
Bujet : $14 Juta
Durasi : 119 menit

Film berkisah tentang seorang Miliader bernama Edward Lewis (Gere) bertemu dengan seorang wanita pekerja seks bernama Vivian Ward (Roberts). Edward lalu mengajak Vivian ke hotel tempatnya menginap dan “membooking”nya selama beberapa hari. Waktu berjalan dan jalinan cinta antara Edward dan Vivian mulai terjalin. Tidak ada yang istimewa dari plot film Pretty Woman, formula yang dipakai dalam film inipun sangat sederhana dan mudah untuk ditebak. Namun tentunya ada sebab yang membuat film drama romantis populer ini sangat laku dipasaran.. Minimnya film bertema sejenis pada masa rilisnya bisa jadi merupakan faktor utama kesuksesan film ini.

Cerita berjalan dengan tempo sedang, lambat namun pasti kita mampu melihat sebuah proses yang indah dari tumbuhnya cinta antara mereka berdua. Plot yang sekilas tampak seperti sebuah cerita dongeng mampu dikemas manis dan romantis. Meskipun tidak ada yang istimewa dari keseluruhan cerita filmnya, namun beberapa adegan seperti ketika Vivian harus dihadapkan pada gaya hidup kelas atas yang serba dadakan mampu menarik perhatian penonton. Juga tentunya Chemistry antara Richard Gere dan Julia Roberts sendiri adalah nilai plus dalam filmnya. Berperan sebagai seorang PSK, Julia Roberts mampu menampilkan sebuah karakter yang cuek, mandiri, bahkan terkesan urakan dengan sangat baik. Gaya bicara, serta tingkah laku yang semaunya sendiri, dalam film ini mampu membuat penontonya gemas dengan tokoh ini.. Perlu dicatat pula adalah penggunaan soundtrack yang sangat tepat. Lagu – lagu seperti Oh Pretty Woman ( Roy Orbison ), serta It Must Have Been Love ( Roxette ), mengalun manis mengiringi tiap adegannya.

Pretty Woman menunjukan pada kita bahwa cinta bisa tumbuh dalam momen apapun serta pada siapapun, tidak mengenal status sosial, dan bisa pula dengan cara yang spesial layaknya dongeng. Di film ini kita melihat bahwa uang dan kekuasaan yang menjadi prioritas bagi Vivian dan Edward menjadi tidak penting lagi karena tertutup oleh perasaan cinta. Bukan uang maupun karir yang mereka butuhkan tetapi cinta. Sosok Edward yang semula dingin, dan semata-mata mengejar karir mampu berubah menjadi pribadi yang mampu bersimpati dengan orang lain. Begitu juga pula Vivian, yang urakan, cuek, dan bertindak semaunya, berubah menjadi sosok gadis anggun dan terpelajar. Cinta yang tulus antara keduanya, mampu merubah mereka menjadi pribadi yang lebih baik.

Vivian : Tell me one person who it’s worked out for. Kit: What, you want me to name someone? You want like a name? Oh God, the pressure of a name... I got it. Cindaf****n’rella. Ya, hanya mereka yang jatuh cintalah yang mampu merasakan menjadi Cinderella.

Febrian Andhika

No comments: