3 – Iron

Antara Mimpi dan Realita

3 – Iron (2004) adalah film drama roman unik garapan sineas Kim Ki-duk. Film ini dipuji banyak pengamat dan meraih beberapa penghargaan internasional, termasuk diantaranya empat penghargaan dalam Venice Film festival. Naskah filmnya ditulis oleh Kim Ki-duk sendiri dan konon ia hanya menghabiskan waktu kurang dari sebulan untuk merampungkan film ini.

Alkisah Tae Suk (Hyun Kyun-lee) adalah seorang pemuda penyendiri yang memiliki kebiasaan menyelinap masuk ke rumah-rumah yang ditinggal penghuninya. Sekalipun begitu Tae Suk tidak pernah mencuri apapun di rumah yang disinggahinya, ia hanya mandi, mencuci, menonton tv, tidur, bahkan memperbaiki barang-barang yang rusak. Para pemilik rumah tidak pernah menyadari jika rumah mereka telah dimasuki orang. Suatu ketika, Tae Suk masuk ke sebuah rumah yang tanpa disadarinya sang pemilik rumah ada didalamnya. Sun Hwa (Seung Yeon-lee), istri pemilik rumah, hanya membiarkan Tae Suk, ketika mengetahui sang pemuda tidak berniat jahat. Belakangan Tae Suk memergoki Sun Hwa tengah dianiaya suaminya. Sun Hwa lalu memutuskan untuk lari bersama Tae Suk. Kali ini bersama Sun Hwa, Tae Suk kembali menyelinap ke rumah-rumah seperti yang ia lakukan sebelumnya.

3 - Iron bukanlah film yang mudah dinikmati penonton awam. Tidak seperti film drama roman kebanyakan, film ini bertutur lambat dan sangat minim dialog. Dua tokoh utama nyaris tidak pernah berdialog. Karakter Tae Suk bahkan sama sekali tidak pernah berbicara, sementara karakter Sun Hwa hanya berbicara beberapa patah kata, itu pun di akhir film. Sekalipun tanpa dialog namun penonton masih mampu memahami cerita melalui ekspresi dan gerak tubuh para pemainnya. Penampilan Hyun Kyun-lee dan Seung Yeon-lee yang menawan sangat mendukung hal ini. Pencapaian sinematografi juga menjadi kunci keberhasilan filmnya. Hampir semua shot tertata dengan rapi menghasilkan komposisi visual yang begitu kuat. Sineas juga menyukai penggunaan kamera statis, close-up, serta menahan shot-nya beberapa lama. Satu adegan berkesan adalah ketika Tae Suk memberi pelajaran pada suami Sun Hwa, dan sang istri pun pergi bersama si pemuda, seluruh tragedi ini diiringi dengan pas oleh alunan lagu timur tengah.

Di akhir filmnya sebagai kesimpulan Kim memberi petikan teks, “it’s hard to tell that the world we live in is either a reality or a dream”. Jelas, film ini mengarah ke sebuah maksud atau makna tertentu melalui simbol-simbol yang divisualisasikan dalam filmnya. Judul film 3 Iron mengacu pada tongkat pemukul golf besi bernomor tiga yang jarang digunakan dalam permainan (golf). Judulnya semakna dengan dua tokoh utamanya yang hidup terasing (“tersia-sia”) di lingkungannya. Tae Suk yang mampu “menghilang” bisa jadi adalah simbol mimpi (ilusi). Sun Hwa adalah seorang istri muda yang kecewa dengan hidupnya dan bermimpi akan keharmonisan. Sementara tongkat pemukul 3 iron adalah simbol realita yang pahit. Setiap kali Tae Suk akan memukul dengan tongkat golf tersebut, Sun Hwa selalu menghalangi karena ia tidak ingin kembali ke realitanya. Di akhir film, Tae Suk dan Sun Hwa seolah terbang, sehingga berat tubuh mereka menjadi nol. Di tengah realita yang menyakitkan, Sun Hwa akhirnya mampu menemukan kebahagiaan dalam dirinya, atau bisa pula diartikan Sun Hwa terjebak dalam kebahagiaan yang semu.

M. Pradipta

No comments: