The Victim, Sebuah Realitas di Balik Realitas


Tidak banyak film-film horor Asia yang diputar di bioskop-bioskop kita. Beruntung salah satu dari kru kami, yang kebetulan berada di Bandung, sempat menonton film horor produksi Thailand berjudul, The Victim (Phii khon pen). Film horor-thriller ini diarahkan oleh sutradara lokal, Monthon Arayangkoon. Konsep filmnya konon diinsipirasi dari teknik reka-ulang adegan kriminal yang dilakukan pihak kepolisian setempat yang diliput luas media setempat. Peran korban biasanya diperankan oleh seorang aktor atau aktris, sementara peran pelaku kriminal diperankan sendiri oleh pelaku sesungguhnya.

Alkisah Ting (Pitchannart Sakakorn) adalah seorang aktris muda yang suatu ketika mendapat tawaran dari pihak kepolisian untuk berperan sebagai para korban dalam reka-ulang adegan kriminal. Ting lambat laun mulai menyukai pekerjaannya dan namanya pun semakin populer. Suatu ketika Ting mengambil peran sebagai Meen, seorang selebriti yang tewas dan diduga telah dibunuh oleh suaminya sendiri. Kejadian-kejadian aneh menerpa Ting setelahnya, sebelum akhirnya ia mengetahui jika Meen sebenarnya dibunuh oleh rekan wanitanya, Fay. Fay berusaha membunuh Ting namun di saat genting seorang polisi menembaknya lebih dulu. Mendadak cut! Semua ini ternyata hanyalah sebuah produksi film belaka. Cerita sesungguhnya bermula di sini, ketika satu persatu kru film tewas mengenaskan oleh sosok arwah penasaran. Ting yang ternyata diperankan seorang aktris populer bernama May menjadi target akhir sang arwah.

Arayangkoon mampu mengemas filmnya dengan alur cerita yang unik dengan nuansa lokal yang demikian kental. Hampir separuh durasi film, kita tidak menyadari jika semua yang kita tonton hanyalah sebuah film. Sebuah realitas di dalam realitas lainnya. Setelah separuh durasi cerita kita baru memahami jika ternyata selama produksi film telah terjadi peristiwa-peristiwa gaib yang menimpa May (kesurupan). Ceritanya sendiri cukup membingungkan karena hingga akhir cerita kita baru memahami motif sesungguhnya dari sang arwah. Tidak jelas mengapa sang arwah mesti repot-repot membunuh para kru film jika sejak awal bisa langsung “masuk” ke tubuh May. Amat disayangkan sekali, kisah Ting di awal film yang sebenarnya menarik untuk digali lebih dalam ternyata hanya merupakan pengantar menuju cerita sesungguhnya. Sang “victim” (Ting) akhirnya menjadi victim sungguhan (May).

Tidak berbeda dengan film-film horor sejenis, The Victim sarat dengan adegan-adegan mencekam yang membuat jantung kita berdebar setiap saat. Efek suara dan musik sangat dominan dalam mendukung nuansa horornya. Entah mengapa paruh pertama film terasa jauh lebih baik daripada paruh cerita kedua dalam membangun nuansa mistiknya. Seperti sosok arwah-arwah penasaran yang didoakan oleh Ting, serta adegan ketika Ting dipandu menari oleh arwah Meen. Pada paruh kedua aksi yang relative menonjol hanya pada munculnya sosok bayangan penari Thai yang disajikan cukup unik dengan gerakan patah-patah sebelum membunuh korbannya. Satu hal lagi yang membuat film ini berhasil adalah penampilan meyakinkan dari sang aktris, Sakakorn, terutama perannya sebagai Ting. Secara teknis film ini memang tidak jauh berbeda dengan film-film horor kita, namun secara keseluruhan The Victim masih setingkat lebih baik. Satu saran dari kami, jangan menonton film ini pada malam hari. 

M. Pradipta

1 comment:

Anonymous said...

baru nonton tadi pagi di haari drama hehheheee....
deg degan....
lebih suka diawal nyaaa pas Pitchannart Sakakorn menjadi ting ♥ sayang gak di sambung ceritanya tentang ting...
mungkin klau perang ting diteruskan... mungkin Ting (Pitchannart Sakakorn) bakalan jadian sama polisi ituu ♥♥♥♥