Mode yang Selalu Kembali


Jika kita bertanya pada khalayak ramai, film animasi apa yang mereka sukai yang pernah ditontonnya? jawaban mereka tentu akan berbeda, namun hampir 80% akan mengklaim film-film dari industri besar macam Pixar atau Dreamworks sebagai film yang digemari. Tidak heran memang bila jawaban mereka seperti itu, karena pada dekade ini studio-studio besar tersebut selalu memproduksi film-film animasi yang boleh dibilang sukses secara pasaran.

Dalam satu kesempatan saya berbincang dengan Nathan, seorang Animator yang karya animasi singkatnya yang berjudul Whole, dinominasikan sebagai Best Animation dan Best Song dalam Edinburgh Film Festival di Skotlandia.

Menjadi seorang Animator tidaklah mutlak harus mempunyai skill yang kuat dalam menggambar, seperti Nathan ini contohnya. Pria berumur 24 tahun ini memproduksi filmnya dengan teknik claymation (clay Animation), dimana ia memerlukan 25 frame/sec untuk membuat satu gerakan, total frame yang diperlukan untuk filmnya berjumlah sekitar 4000 frame lebih. Teknik Claymation menggunakan bahan plastecine yang mudah untuk dibentuk, ambil contoh untuk membuat senyuman, Animator hanya perlu menggerakan bibir objek sedikit demi sedikit pada tiap framenya. Berbeda dengan Animator yang memakai teknik puppet animation, sineas yang memakai teknik ini adalah Tim Burton yang mana untuk membuat adegan senyuman dalam filmnya The Nightmare Before Christmas ia harus mengganti kepala objek dalam setiap pengambilan frame, bisa dibayangkan berapa ribu kepala yang harus diganti hanya untuk mendapatkan senyuman atau ekpresi lain di wajah.

Kini para Animator di Eropa tengah kembali kepada tradisi lama dalam mengolah animasi mereka. Teknik atau efek-efek yang terlalu komputerisasi tidak lagi digunakan, karena bagi mereka menggunakan komputer hanya akan menyeragamkan animasi secara tampilan. Salah satu contoh tradisi lama dalam membuat animasi adalah teknik cut out animation, Film South Park adalah contohnya. Teknik yang sederhana dengan menggambar sebuah objek kemudian mengguntingnya. Silvain Chomet adalah Animator Perancis yang dikenal di Eropa sebagai Animator tradisional dengan teknik menggambar objeknya dengan gayanya yang unik. Dalam filmnya Tour de France, yang berkisah tentang balap sepeda di Perancis, Chomet sangat detil sekali dalam mengekspos otot-otot dan pergerakan tendon peserta balap sepeda tersebut.

Studio besar di Inggris seperti Aardman Studios pun juga tak ketinggalan dalam unjuk kemampuannya di dunia Animasi. Sosok Nick Park yang namanya tak bisa dilepaskan dengan studio besar tersebut memproduksi animasi dengan teknik Claymation, hingga menghadirkan ikon animasi Inggris yakni, Wallace dan Gromit. Wallace dan anjingnya, Gromit mulai dikenal melalui animasi pendek, A Grand Day Out, hingga film animasi panjangnya, Wrong Trousers were Rabbit. Film tersebut memaksanya berpikir bagaimana mengemas teknik plastecine dalam skala animasi besar, hingga ciri khasnya sebagai animator tradisional masih kental. Hingga kini animasi tersebut digemari lantaran bertipikal Inggris. “Because American like to watching stupid things about British”.

Penulis sendiri jika ditanya film animasi favorit, adalah garapan Hayao Miyazaki, yakni Afro Samurai animasi garapan Studio Gibli yang berkisah tentang seorang kulit hitam yang menjadi seorang samurai, dengan musik yang digarap oleh Wu Tan Clan/RZA yang membuat film animasi tersebut bercampur dengan banyak kultur. Ketika semua mode akan selalu kembali ke bentuk tradisional, kita lihat saja bagaimana nanti perkembangan Animasi dunia selanjutnya.

(Thanks to Nathan, Animator from Leeds Town, English.)

Andrei Budiman

No comments: