Sejarah French New Wave

Pada sekitar pertengahan abad 20 muncul beberapa gerakan sinema yang sangat berpengaruh terhadap perkembangan industri film di dunia. Salah satu gerakan sinema yang terbesar dan paling berpengaruh pada masa itu adalah French New Wave. French New Wave dipelopori oleh nama-nama seperti, François Truffaut, Jean-Luc Godard, Claude Chabrol, Eric Rohmer dan Jacques Rivette. Tidak seperti gerakan sinema lainnya, French New Wave awalnya muncul dari para kritikus muda yang gemar menulis pada sebuah jurnal sinema berpengaruh di Paris bernama, Cahiers du Cinema. Truffaut dan rekan-rekannya banyak mengulas karya-karya sutradara besar seperti, Alfred Hitchcock, John Ford, Orson Welles, Jean Renoir, Roberto Rosselini serta menjuluki mereka sebagai auteur. Mereka sangat mengagumi auteur karena masing-masing memiliki visi personal sehingga film-film mereka memiliki ciri khas dan keunikan tersendiri. Para kritikus muda ini juga gemar melakukan kritik film-film mainstream Perancis pada masa itu yang mereka anggap terlalu menekankan pada alur cerita tanpa sedikitpun memiliki visi sinematik.

Tidak puas dengan sekedar melakukan kritik mereka akhirnya terpancing juga untuk memproduksi film. Mereka saling membantu satu sama lain dengan meminjamkan uang, kamera dan peralatan, saling bertukar skrip dan mulai membuat film-film pendek di lokasi sekitar mereka. Dengan berbekal pengetahuan sinema yang mereka miliki tanpa diduga akhirnya mereka mampu menghasilkan karya -karya unik yang dianggap merupakan terobosan baru dalam sejarah sinema. Film-film seperti The 400 Blows (Truffaut), Les Cousins (Chabrol) dan Breathless (Godard) menandai munculnya sebuah gerakan sinema baru yang dinamakan French New Wave. Film-film tersebut tidak hanya sukses secara komersil namun juga sukses mendapatkan berbagai pengakuan internasional hingga gerakan ini tidak hanya berpengaruh di Perancis namun juga menyebar ke seluruh Eropa hingga seluruh penjuru dunia. Film-film French New Wave secara umum memiliki karakteristik yang khas seperti, penggunaan kamera tangan ala dokumenter, bujet produksi yang minim, menggunakan skrip kasar, kru film berjumlah kecil, penggunaan aktor non profesional atau amatir, mengambil lokasi syuting di lokasi sesungguhnya (non studio) dan mereka bekerja di luar industri film mainstream.

Tema film-film French New Wave banyak dipengaruhi film-film atau sutradara yang menjadi favorit mereka. Seperti Chabrol banyak terinsipirasi dari film-film karya Hitchcock sedangkan Godard banyak terinspirasi dari film-film gangster klasik Hollywood. Namun keistimewaan French New Wave bukanlah terlihat dari sisi tema melainkan lebih ke aspek teknis. Beberapa pengamat pernah berkomentar tentang film The 400 Blows yang temanya dianggap bukan merupakan sesuatu hal yang baru. Godard membela rekannya, bukan materi (tema) yang membuat film tersebut istimewa namun bagaimana materi tersebut diperlakukan atau dengan kata lain bukan isinya yang terpenting namun menekankan pada bagaimana cara mengemas isinya. Dalam Breathless, Godard memakai tema kriminal sederhana dengan mengambil lokasi syuting di jalanan, kafe dan apartemen di kota Paris. Godard hanya menggunakan pencahayaan seadanya yang terdapat pada lokasi syuting. Ia juga terkadang membiarkan para pemainnya untuk berimprovisasi dengan dialognya. Terakhir Godard menggunakan gaya editing khasnya, jump cut hingga membuat Breathless menjadi film yang sangat unik dan menjadi bahan perbincangan pengamat sinema di mana-mana.

Pengaruh French New Wave hingga kini tidak pernah hilang. Bisa dibilang setiap film independen yang ada diseluruh dunia sedikit banyak dipengaruhi oleh gerakan ini. Hal ini terbukti dengan munculnya gerakan sinema independen di Amerika, Inggris, Jerman dan lainnya hanya beberapa tahun setelah gerakan French New Wave muncul. Sutradara-sutradara besar masa kini seperti, Martin Scorcese, Robert Altman, Steven Soderberg, hingga Quentin Tarantino seringkali menggunakan elemen-elemen yang tampak dalam film-film French New Wave. Gerakan French New Wave tidak hanya menawarkan karya seni film yang bernilai serta orisinil namun lebih dari itu mampu menunjukkan bahwa pembaruan dan perkembangan di bidang industri film dapat pula dilakukan oleh pemuda-pemuda berani dan berbakat yang hanya dilandasi dari kecintaan mereka terhadap sinema. Godard suatu ketika pernah berkata, “Kita semua adalah kritikus sebelum membuat film, .Dan saya mencintai semua jenis filmSinemalah yang membuat kami atau paling tidak saya berkeinginan membuat film. Saya sama sekali tidak tahu apa-apa tentang kehidupan kecuali melalui sinema”. 


Himawan Pratista

No comments: