Real Steele

31 Oktober 2011

Sutradara: Shawn Levy
Produser: Shawn Levy / Susan Montford / Dom Murphy
Penulis Naskah: John Gatins
Pemain: Hugh Jackman / Dakota Agoyo / Evangline Lily
Ilustrasi Musik: Danny Elfman
Penata Kamera: Mauro Fiore
Editing: Dean Zimmerman
Studio: Dreamworks Pictures
Distributor: Touchstone Pictures
Durasi: 127 menit
Bujet: $154 juta

Pada tahun 2020 dikisahkan olahraga tinju digantikan oleh robot. Seorang mantan petinju, Charlie Kenton (Jackman) mencari penghasilan dengan robotnya namun selalu gagal. Ia kini juga harus merawat sementara putranya, Max (Agoyo), anak dari mantan pacarnya yang baru saja meninggal. Secara tak sengaja Max dan Charlie menemukan sebuah robot di tempat rongsokan dan ia membawanya pulang. Robot bernama Atom tersebut ternyata masih berfungsi normal dan dengan sedikit modifikasi oleh Max, robot ini diubah menjadi robot petinju. Setahap demi setahap Atom mampu merubah hidup Charlie dan Max melebihi apa yang mereka impikan.

.
Perpaduan unik antara genre olahraga, drama keluarga, dan fiksi ilmiah. Plotnya banyak mengingatkan pada “Rocky”, yang menjadi standar plot genre olahraga: from hero to zero. Sekalipun plotnya mudah sekali diprediksi namun sisi dramatik kisahnya yang mengharukan sedikit banyak menolong filmnya. Di sisi lain juga ada bagian cerita yang dirasa terlalu cepat, yakni ketika disajikan sepak terjang Atom sejak awal hingga menjadi populer (disajikan menggunakan teknik montage sequence). Dari sisi perjuangan Atom dari nol hingga menjadi dikenal ini memang efektif namun sisi dramatik kedekatan antara ayah dan anak menjadi sedikit lepas disini.
.
Disamping unsur dramatik, nilai lebih film ini jelas pada visualisasi (CGI) robot-robot petarung yang disajikan dengan sangat meyakinkan. Aksi-aksi pertarungan seru di arena disajikan begitu menawan dan tampak sangat nyata, sama seperti halnya film fiksi ilmiah populer, Transformers. Kekuatan lain ada pada penampilan akting Hugh Jackman dan aktor cilik, Dakota Agoyo. Agoyo tampil mencuri perhatian ketimbang Jackman sendiri. Penampilan akting mereka mampu menjaga chemistry diantara keduanya yang terjalin dengan manis sepanjang film. Musik bernuansa rock dan hip hop juga menjadi faktor pendukung yang kuat, sekalipun sentuhan Elfman sendiri sama sekali tidak tampak disini. Settingnya, terutama arena pertarungan, unik dan sangat pas yang menggabungkan aroma western, post modern, bahkan hingga bekas kebun binatang.
.
Real Steel tidak hanya menawarkan aksi-aksi para robot belaka namun juga sisi dramatik yang kuat dan mengharukan. Kehangatan hubungan antara ayah dan anak menjadi sentuhan manusiawi di antara mesin-mesin mekanik yang tengah beraksi. Film ini rasanya adalah film terbaik yang mampu memadukan dengan apik, genre olahraga, drama, serta fiksi ilmiah. Tidak seperti tiga seri Transformers, Real Steel menawarkan lebih dari hanya sekedar hiburan semata. (B+)

No comments: