Angels & Demons, Aksi Thriller Plus Eksotisme Vatikan

15 Mei 2009,
Film aksi thriller, Angels & Demons (A&D) merupakan sekuel dari Da Vinci Code (DVC/2006) yang kembali diadaptasi dari novel laris karya Dan Brown. A&D masih digarap oleh sineas top, Ron Howard dengan tim penulis naskah yang sama pula, David Koepp dan Akiva Goldsman. A&D juga masih dibintangi Tom Hanks sebagai Profesor Langdon, didampingi oleh bintang-bintang papan atas lainnya seperti Ewan McGregor serta Stellan Skarsgård. Uniknya, dalam novel, cerita A&D sebenarnya terjadi sebelum peristiwa DVC namun cerita film ini diubah menjadi sekuel DVC.
..
Film dibuka memperlihatkan dua peristiwa yang berbeda, yakni berita kematian Paus serta dicurinya “anti-materi” hasil eksperimen rahasia yang berkekuatan maha hebat. Sang ahli simbol, Prof Langdon (Hanks) kemudian direkrut dinas intelegen rahasia Vatikan untuk membantu mengusut penculikan empat kardinal dan sebuah ancaman bom. Aksi teror ini didalangi oleh sebuah kelompok rahasia “Iluminati” yang meninggalkan petunjuk berupa simbol-simbol rahasia. Langdon atas ijin Patrick McKenna (McGregor) bersama Swiss Guard (pasukan pengawal khusus Paus) pimpinan Richter (Skarsgård), serta ahli fisika, Vittroria Vetra (Ayelet Zurer) harus berpacu dengan waktu sebelum satu persatu kardinal dibunuh dan bom diledakkan saat tengah malam.
..
Plotnya secara garis besar mirip dengan plot DVC. Sepanjang filmnya berkutat bagaimana Langdon memecahkan misteri (baca: mencari lokasi) “Jalur Iluminati” melalui simbol-simbol “religius” dengan misi yang kali ini lebih sederhana. Durasi cerita yang singkat (kurang dari satu hari) serta tempo plot yang cepat sejak awal filmnya nyaris tidak memberi kita kesempatan untuk bernafas. Bersama Langdon dan rekan-rekannya, penonton turut diajak berpacu dengan waktu dari satu lokasi ke lokasi lain untuk menemukan lokasi para kardinal. Skema plot yang nyaris mirip sekuen demi sekuennya tidak membuat penonton lantas bosan karena unsur ketegangan yang dibangun sangat rapi dan apik. Sejak awal, Vetra seolah akan menemani Langdon sepanjang filmnya namun nyatanya sang profesor secara bergantian didampingi partner yang berbeda dalam memecahkan sebuah kasus, tidak seperti halnya dalam DVC (selalu bersama Sophie).

Sama seperti DVC, film ini juga menampilkan eksotisme melalui latar (set) bangunan-bangunan sejarah/religius di Vatikan, seperti Basilica St. Peter, Lapangan St. Peter, Gereja St. Angelo, serta lainnya. Sepanjang filmnya, kita seperti layaknya turis diajak keluar masuk ke berbagai lokasi serta bangunan gereja bersejarah di Vatikan. Setting interior yang konon merupakan set studio dibangun begitu megah dan sangat meyakinkan. Kita bahkan diajak berkeliling masuk ke dalam ruangan-ruangan “terlarang”, contohnya di St. Peter Basilica, seperti ruang hall hingga ruang makam mendiang Paus. Entah, apakah otentik atau tidak sulit diketahui tapi sepertinya bukan masalah. Dalam beberapa shot kadang digunakan CGI yang grafiknya tampak sedikit kasar, seperti shot saat ribuan orang berkumpul di Lapangan St. Peter.

Juga sama seperti dalam DVC, Tom Hanks kembali bermain rata-rata (jauh dibawah kualitasnya) sebagai sang profesor yang intelek, gesit dan lincah, berhati mulia namun tidak beriman (atheis). Hal yang pastinya tidak sulit bagi aktor sekelas Hanks. Sejak awal sepertinya ia dipilih hanya karena mirip dengan sosok Langdon. Begitu pula dengan aktor-aktor top lainnya, yakni Ewan McGregor serta Stellan Skarsgård, mereka hanya bermain rata-rata. Ayelet Zurer yang bermain sebagai satu-satunya pemain wanita (Vetra) dalam film ini hanya tampak sebagai pemanis ketimbang larut dalam plotnya. Bicara soal Vetra, karakter ini sepertinya tahu segala hal, dari ilmu fisika, sejarah, bahasa, bahkan hingga ilmu kedokteran. Ho ho…

A&D secara keseluruhan merupakan film aksi thriller yang sangat menghibur. Filmnya persis seperti apa yang Anda harapkan sebelum menonton filmnya. Film ini tidak menawarkan apa pun selain aksi menegangkan, setting eksotik, dan plus ending kejutan. Formula filmnya menggunakan pola yang serupa dengan DVC (plus National Treasure), hanya sedikit lebih heboh, itu saja tak lebih. Jika Anda menyukai DVC sepertinya A&D akan jauh lebih menghibur. A&D rasanya juga bakal tak sulit menyamai sukses komersil DVC. Sekuel ketiga? You bet! (C+)

1 comment:

Anonymous said...

salam montase,
saya pikir A&D so predictable skli ceritanya ... klebihannya kita bisa trip melihat bangunan gereja di vatikan .... And assasinnya kok baik sekali ya sewaktu ktmu langdon + vetra ( dilepas dengan alasan tidak ada order utk membunuh )ketika langdon berusaha meyelamatkan kardinal ke 3 assasin itu berusaha membunuhnya ???? ( C )

rodriquez,jr